Pada hari Senin, ketika Taliban kembali menggunakan nama lama negara itu, Imarah Islam Afghanistan, China mengatakan siap untuk "hubungan persahabatan dan kerja sama" dengan penguasa baru. Bukan main.
Media yang dikelola pemerintah China, sementara itu, menggambarkan bagaimana Afghanistan sekarang dapat mengambil manfaat dari Belt and Road Initiative yang diusung China. Inisiatif ini yaitu rencana infrastruktur kontroversial Beijing untuk membangun rute jalan, kereta api dan laut serta infrastruktur dari Asia ke Eropa.
Tetapi kekhawatiran tentang keamanan regional tetap harus ditangani. Luberan kekerasan ke negara-negara Asia Tengah lainnya dapat membuat jaringan pipa yang memasok sebagian besar minyak dan gas China menjadi rentan.
Beijing juga khawatir negara yang dilanda perang itu bisa menjadi tempat persembunyian bagi minoritas separatis Uighur di China dan bahwa kepentingan ekonominya akan dirusak oleh kekerasan yang terus berlanjut di Afghanistan.
"Operasi penambangan [Perusahaan China] MCC terganggu oleh ketidakstabilan di negara itu karena konflik antara Taliban dan mantan pemerintah Afghanistan," tambah Michael Tanchum, yang juga seorang rekan non-residen di Institut Timur Tengah (MEI).
"Jika Taliban dapat menyediakan kondisi operasional yang stabil bagi China, maka penambangan tembaga saja berpotensi menghasilkan pendapatan puluhan miliar dolar bagi Afghanistan, memacu pengembangan operasi penambangan untuk mineral lain di negara itu," kata Tanchum.
Baca Juga: China Nyatakan Siap Kerja Sama dan Bersahabat dengan Pemerintah Taliban Afghanistan
Sampai saat ini, pemerintah Afghanistan belum mendapatkan keuntungan dari proyek pertambangan yang ada. Menurut sebuah laporan penyiar televisi kabel Al Jazeera, pemerintah Afghanistan di bawah pemerintahan lama kehilangan 300 juta dollar AS per tahun.
Tetangga Afghanistan, Pakistan, juga akan mendapat manfaat dari kekayaan mineral Afghanistan. Pakistan yang mendukung pengambilalihan pertama Taliban atas Afghanistan pada tahun 1996, mempertahankan hubungan dengan Taliban dan dituduh Amerika Serikat menyembunyikan gerilyawan Taliban.
Pakistan juga akan menjadi penerima manfaat utama dari investasi infrastruktur China, yang sering disebut Jalur Sutra Baru.
"Pakistan memiliki kepentingan nasional karena bahan-bahan tambang tersebut berpotensi diangkut di sepanjang rute transit komersial dari Pakistan ke China," kata Tanchum kepada Deutsche Welle. Tanchum menambahkan, kesepakatan dengan Taliban akan memberi Islamabad insentif untuk mendukung lingkungan keamanan yang stabil di wilayah tersebut.
Afghanistan memiliki cadangan emas, platinum, perak, tembaga, besi, kromit, litium, uranium, dan aluminium yang sangat besar.
Zamrud, rubi, safir, pirus, dan lapis lazuli berkualitas tinggi di negara ini telah lama memikat pasar batu permata. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), melalui penelitian ilmiahnya yang luas tentang mineral, menyimpulkan bahwa Afghanistan menyimpan 60 juta metrik ton tembaga, 2,2 miliar ton bijih besi, 1,4 juta ton unsur Rare Earth Elements (REE) seperti lantanum, cerium, neodymium, dan urat aluminium, emas, perak, seng, merkuri, dan lithium.
Menurut pejabat Pentagon, analisis awal mereka di satu lokasi di provinsi Ghazni menunjukkan potensi deposit lithium sebesar cadangan Bolivia, yang diketahui memiliki cadangan lithium terbesar di dunia. Itu baru di satu provinsi.
USGS memperkirakan deposit Khanneshin di provinsi Helmand akan menghasilkan 1,1 - 1,4 juta metrik ton REE. Beberapa laporan memperkirakan sumber daya REE Afghanistan termasuk yang terbesar di dunia.
REE telah menjadi bagian penting dari teknologi modern. Mereka digunakan dalam ponsel, televisi, mesin hibrida, komputer, laser, dan baterai.
Kongres AS menyebut REE sangat strategis bagi keamanan nasional Amerika Serikat.
REE adalah kunci untuk sistem navigasi tank, sistem panduan peluru kendali, komponen pertahanan rudal, satelit, dan sistem komunikasi militer.
Afghanistan dapat menjadi bagian dari solusi jangka panjang untuk masalah pasokan REE dunia.
Sumber daya mineral Afghanistan yang kaya, jika dieksploitasi secara efektif, akan menjadi pengganti terbaik bantuan asing dan mengurangi ketergantungan negara tersebut pada dukungan asing.
Pengelolaan sumber daya mineral yang lebih baik dapat berujung pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, membuka jalan bagi perdamaian yang langgeng.
Namun ada satu masalah, seperti dikutip dari berbagai laporan, bahwa Taliban memiliki tafsir yang sangat ketat tentang Islam. Hingga, deal apapun harus mematuhi secara ketat prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Hal tersebut bisa menjadi simalakama bagi kekuatan kapitalisme barat. Tapi, justru menjadi berkah bagi kekuatan ekonomi Islam yang moderat di dunia dan Asia Tenggara yang bersedia melaksanakannya dengan penerapan ketat ekonomi syariah. Kecuali, Taliban memilih tunduk pada prinsip dan cara ekonomi Barat.
Sumber : Deustche Welle/USGS/The Diplomat
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.