HARARE, KOMPAS.TV -- Zimbabwe melepasliarkan badak hitam ke Taman Nasional Gonarezhou, cagar alam terbesar kedua di negara itu, dan ini pertama kalinya suaka margasatwa tersebut menjadi rumah bagi spesies yang terancam punah itu dalam hampir 30 tahun.
Seperti dilaporkan Xinhua, Kamis, (29/7/2021), inisiatif pelepasliaran merupakan bagian dari upaya untuk memulihkan keanekaragaman hayati melalui pelepasliaran spesies yang punah secara nasional oleh Otoritas Pengelolaan Taman dan Margasatwa Zimbabwe yang bekerja sama dengan Frankfurt Zoological Society.
Gonarezhou, yang terletak di selatan Zimbabwe, merupakan bagian dari Taman Lintas Perbatasan Limpopo Raya yang menghubungkan Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan dengan Taman Nasional Limpopo di Mozambik.
Pelepasliaran terbaru badak hitam ke Gonarezhou ini adalah yang ketiga kalinya setelah populasi badak hitam asli sana terakhir diburu hingga punah pada 1930-an dan 1940-an.
Direktur Gonarezhou Conservation Trust Van Der Westhuizen baru-baru ini mengatakan bahwa lebih dari 20 ekor badak hitam telah dilepasliarkan ke taman itu belum lama ini, seperti dilaporkan lembaga penyiaran nasional Zimbabwe Broadcasting Corporation (ZBC) pada Rabu (28/7).
"Taman Nasional Gonarezhou tidak memiliki badak hitam selama 27 tahun, dan berkat dukungan dari pemerintah dan mitra swasta kami, pelepasliaran populasi badak hitam yang tersisa ke taman itu menjadi mungkin untuk dilakukan," ujarnya.
Badak hitam yang dilepasliarkan tersebut berasal dari kawasan satwa liar lainnya, dan upaya relokasi hewan-hewan ini sedang dilakukan di bawah arahan sebuah tim ahli yang terdiri dari ahli ekologi dan dokter hewan berpengalaman.
Badak menjadi sasaran para pemburu liar untuk diambil culanya.
Sebagaimana diketahui, di Zimbabwe, badak dianggap sebagai spesies yang terancam punah dan dilindungi di bawah Undang-Undang Taman dan Margasatwa.
Negara di selatan Afrika itu diyakini memiliki populasi badak terbesar keempat di dunia dan memiliki sistem konservasi satwa liar yang kaya.
Baca Juga: Seekor Badak Hitam Afrika Lahir di Kebun Binatang Taronga, Australia
Badak hitam memiliki dua cula, tumbuh sekitar 5cm per tahun.
Badak hitam betina menggunakan cula mereka untuk melindungi anak-anak mereka, sementara jantan menggunakannya untuk melawan penyerang.
Cula membuat satwa ini sangat diburu dan menjadi penyebab kejatuhan mereka.
Cula badak diburu untuk keperluan pengobatan di Cina, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura sementara di Afrika Utara dan Timur Tengah terkenal sebagai gagang belati maupun pedang.
Badak hitam pernah menjelajah sebagian besar sub-Sahara Afrika, tetapi hari ini berada di ambang kepunahan karena perburuan yang dipicu oleh permintaan komersial untuk culanya.
Menurut IUCN, Badak Hitam (Diceros bicornis) masuk klasifikasi sebagai satwa yang Sangat Terancam Punah dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN.
Yang lebih kecil dari dua spesies Afrika, itu terjadi di seluruh Afrika selatan dan timur, termasuk Kenya, Tanzania, Kamerun, Namibia, Afrika Selatan, Zimbabwe dan Angola.
Antara tahun 1970 dan 1992, populasi Badak Hitam turun 96 persen, dengan jumlah total turun hingga sekitar 2.400.
Meningkatnya perburuan liar dipicu oleh meningkatnya permintaan penggunaan cula badak di Asia (untuk pengobatan tradisional Tiongkok), dan Timur Jauh (untuk gagang keris tradisional), yang memicu melonjaknya harga pasar gelap.
Ancaman lain termasuk perubahan habitat, spesies lain yang bersaing dan invasi tanaman asing.
Kerusuhan sipil, aliran senjata, dan sistem komunikasi yang lebih baik di Afrika juga berdampak signifikan pada upaya konservasi badak.
Sumber : Kompas TV/Xinhua
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.