Para ilmuwan juga mencatat, tidak diketahui berapa banyak hulu ledak yang akan diangkut oleh setiap rudal.
Namun, tetap saja, kata Korda dan Kristensen, silo-silo baru itu memungkinkan China memperbanyak persediaan hulu ledak nuklirnya hingga 2 sampao 3 kali lipat.
Menurut sebagian besar ahli, jumlah persediaan hulu ledak nuklir China berkisar antara 250 sampai 350 hulu ledak, sesuai kebijakan “pencegahan minimum” Beijing.
Jika China melipatgandakan cadangan nuklirnya, Korda dan Kristensen mencatat, jumlahnya masih jauh dari persediaan Rusia dan AS. Kedua negara adidaya ini memiliki persediaan hulu ledak nuklir mendekati 4.000 senjata.
“Terlepas dari berapa banyak silo yang akan diisi China dengan ICBM, kompleks rudal baru ini merepresentasikan reaksi logis terhadap persaingan senjata yang dinamis, di mana banyak pemain senjata nuklir –termasuk Rusia, India, dan AS– sedang meningkatkan kemampuan kekuatan nuklir dan konvensional mereka, juga kemampuan pertahanan rudal,” tulis laporan itu.
Baca Juga: China Miliki Kapal Selam Nuklir Baru Tingkat Dewa, Ternyata Tipuan April Mop
Belum ada respons dari pemerintah China terkait laporan itu.
Namun, tabloid milik pemerintah Global Times menyatakan, sejumlah orang di China menyebut bahwa silo-silo yang diklaim AS mungkin merupakan landasan untuk pembangkit listrik tenaga angin.
Mereka juga menambahkan bahwa media AS dan lembaga terkait menghebohkan silo-silo China untuk meningkatkan tekanan pada Beijing untuk mengubah perilakunya. Pun, untuk menyediakan “lebih banyak alasan bagi AS untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya”.
Di Washington, AS, Pentagon tampaknya sepakat dengan penilaian Korda dan Kristensen bahwa pembangunan Hami dan Yumen merupakan silo rudal.
Lewat cuitan di Twitter, Komando Strategis AS menyatakan, “ini merupakan kali kedua dalam dua bulan publik telah menemukan apa yang kami katakan selama ini tentang meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir rahasia yang melingkupinya.”
AS telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian kontrol senjata yang baru.
Namun, Beijing menolak permintaan itu, dan menyatakan akan dengan senang hati mengadakan pembicaraan pengendalian senjata jika AS bersedia mengurangi ukuran persenjataan nuklirnya hingga ke tingkat yang dimiliki China.
Sumber : AL Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.