“Unta milik warga kemudian disewa untuk membawa barang-barang jemaah, dan kadang-kadang howdah (tempat duduk di belakang unta) juga dibawa untuk membawa para wanita, karena saat dahulu kala perlu satu hari untuk mencapai Makkah.”
Baca Juga: 327 WNI di Arab Saudi Diperbolehkan Ikut Berhaji Tahun Ini, Jumlah Masih Bisa Bertambah
Durasi tinggal seorang jamaah di Jeddah bervariasi tergantung pada pengaturan yang dibuat antara "wakil" mereka di Jeddah dan "mutawif" di Makkah yang akan menjadi tuan rumah jemaah saat tiba di sana.
“Populasi (Jeddah) akan tumbuh secara eksponensial setiap musim haji,” tambah Badeeb. “Ini membantu pertumbuhan ekonomi kota dan membantu para jamaah juga, karena mereka akan menjual barang-barang dan rempah-rempah mereka kepada penduduk kota yang selalu ramah.”
Selain meningkatkan ekonomi lokal, haji juga membentuk arsitektur kota Jeddah sepanjang 1.300 tahun. Bayangkan!
Sejarawan percaya karena keluarga kaya di kota tua Jeddah menampung begitu banyak jemaah, rumah-rumah tersebut dibangun bertingkat, bahkan hingga tujuh lantai.
Rumah-rumah itu memiliki banyak kamar yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan sering menampilkan balkon rowshan yang sangat cantik.
Baca Juga: Semarak Pasar Domba di Arab Saudi Menjelang Iduladha, Ada Jual Hewan Kurban via Online
Di dalam bangunan yang menjulang ini, pemilik rumah menyiapkan kamar untuk para peziarah yang mereka tampung. Para tamu biasanya diberi megad di lantai dasar dan dilengkapi dengan tikar dan bantal.
Berasal dari kata “duduk”, megad adalah ruangan besar yang biasanya digunakan untuk menyambut keluarga dan teman dekat.
Sementara jemaah haji maupun umrah disediakan penginapan di lantai bawah, keluarga pemilik rumah akan pindah ke kamar di lantai atas dan menyediakan makanan yang disiapkan untuk tamu di dapur mereka, yang biasanya terletak di lantai pertama.
“Pada saat para peziarah tiba di Jeddah, persediaan makanan mereka akan habis dalam perjalanan panjang mereka,” kata Badeeb. “Semuanya disediakan untuk mereka dari saat mereka mendarat sampai mereka pergi," tutur Badeeb.
Baca Juga: Antisipasi Jemaah Haji Berdesakan, Pemerintah Arab Saudi Luncurkan Robot Pembawa Air Zamzam
Jemaah haji yang datang dari negara atau wilayah tertentu biasanya tinggal dengan keluarga tertentu, difasilitasi melalui agen di negara asalnya.
"Kepercayaan yang terbangun bergenerasi-generasi melalui sistem itu memungkinkan mereka untuk menyimpan uang dan barang-barang mereka dengan aman sampai mereka menyelesaikan haji mereka.” tambah Badeeb.
Selama bertahun-tahun, karena jumlah jamaah haji terus bertambah, semakin sulit untuk menemukan penginapan bersama keluarga warga di kota tua Jeddah.
Untuk memastikan semua orang mendapat tempat dan dirawat dengan baik, pihak berwenang Saudi menyadari mereka harus membangun fasilitas khusus yang baru.
Pada tahun 1950 pendiri Kerajaan, Raja Abdul Aziz, memerintahkan sebuah "kota peziarah" untuk didirikan dekat dengan Pelabuhan Islam Jeddah, yang menampung sekitar 70 persen jemaah yang tiba di negara itu dalam perjalanan mereka untuk melakukan haji.
Baca Juga: Arab Saudi Hanya Izinkan 60.000 Jemaah Ibadah Haji 2021, Siapa Saja dan Apa Syaratnya?
Pada tahun 1971, kota dalam kota ini memiliki 27 bangunan, termasuk klinik kesehatan, toko, masjid, dan fasilitas lainnya.
Beberapa fasilitas serupa kemudian didirikan, termasuk satu di sebelah timur kota tua bersejarah yang mampu menampung 2.000 peziarah, dan satu lagi di dekat bandara lama, yang pada pertengahan 1980-an dapat menampung 30.000 orang.
Waktu berjalan dan kisah berganti. Meskipun keluarga-keluarga di Jeddah tidak lagi menjamu pengunjung di rumah mereka sendiri seperti yang pernah dilakukan nenek moyang mereka, mereka terus memberikan salam hangat dan keramahan yang sama yang telah menjadi ciri penduduk kota selama berabad-abad.
Sumber : Arab News/UNESCO
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.