DAMASKUS, KOMPAS.TV - Presiden Suriah Bashar al-Assad dilantik pada hari Sabtu (17/7/2021) untuk masa jabatan keempat dan akan menjadi presiden selama tujuh tahun ke depan.
Pemilihan Assad dilakukan di Suriah yang porak-poranda karena pemberontakan, di mana dalam pemilu Assad meraup 95 persen suara pemilih, dalam pemilihan umum yang dianggap kontroversial dan tidak diakui negara-negara yang memusuhi Suriah seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, dan Italia.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (17/07/2021), Assad dilantik berdasarkan konstitusi dan Alquran di hadapan lebih dari 600 tamu, termasuk menteri, pengusaha, akademisi dan jurnalis, kata penyelenggara pelantikan.
Dalam pidato pelantikannya, Assad mengatakan, "Pemilu telah membuktikan kekuatan legitimasi rakyat yang diberikan rakyat kepada negara."
Assad menegaskan, "Rakyat telah menjawab pernyataan pejabat Barat yang merendahkan legitimasi negara, konstitusi dan tanah air (kita)."
Dia lebih jauh meminta kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap kekisruhan Suriah agar kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
"Mari kita katakan kepada mereka, kamu dieksploitasi musuh negara kita untuk melawan rakyat sendiri, dan revolusi yang mereka iming-imingkan itu hanyalah ilusi belaka," tutur Assad.
Baca Juga: Serangan Artileri di Suriah Tewaskan 8 Orang, Mayoritas Anak-Anak, Diduga Dilakukan oleh Rusia
Pemungutan suara yang memperpanjang kekuasaan Assad adalah yang kedua sejak dimulainya perang saudara, yang sudah belangsung selama satu dekade dan telah menewaskan lebih dari 500.000 orang, membuat jutaan orang mengungsi dan menghancurkan infrastruktur negara.
Pada malam pemilihan 26 Mei, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia mengatakan jajak pendapat itu "tidak bebas ataupun adil", dan oposisi Suriah yang terpecah-pecah menyebut pemilu tersebut sebagai "lelucon".
Dengan slogan kampanyenya, "Harapan melalui kerja", Assad menempatkan dirinya sebagai satu-satunya arsitek yang layak untuk fase rekonstruksi untuk negara yang sarat masalah itu.
Dalam pidatonya hari Sabtu, dia menguraikan prioritas yang ingin dia capai.
“Selama lebih dari 10 tahun perang, keprihatinan kami banyak, dan didominasi oleh keamanan dan persatuan tanah air, tetapi hari ini sebagian besar adalah membebaskan bagian-bagian Tanah Air yang masih perlu, dan menghadapi dampak perang bagi ekonomi dan penghidupan masyarakat.”
Pasukan pemerintah menguasai dua pertiga negara, tetapi beberapa bagian utara tetap berada di luar kendali mereka.
Mantan afiliasi Al-Qaeda Suriah dan aliansi pemberontak masih menguasai benteng pemberontak di Idlib kawasan barat laut.
Pasukan pimpinan Kurdi menguasai sebagian besar wilayah timur setelah mengusir kelompok ISIS dari wilayah tersebut.
Baca Juga: Bashar al-Assad Kembali Terpilih Menjadi Presiden Suriah
Turki dengan proksinya di Suriah menguasai wilayah yang panjang di sepanjang perbatasan utara Suriah.
Assad mengucapkan sumpahnya saat negara itu menghadapi krisis ekonomi yang mengerikan.
Akibat pemberontakan yang disponsori oleh negara Barat dan kelompok garis keras Islam, kini lebih dari 80 persen penduduk hidup dalam kemiskinan, dan nilai pound Suriah jatuh terjun bebas terhadap dolar, menyebabkan inflasi yang meroket.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah menaikkan harga bensin, roti, gula, dan beras tanpa subsidi, sementara pemadaman listrik dapat berlangsung hingga 20 jam sehari di daerah-daerah yang dikendalikan pemerintah.
Secara nasional, 12,4 juta orang berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup setiap hari, kata Program Pangan Dunia WFP.
Pemerintah Suriah dari ibu kota Damaskus menyalahkan kesengsaraan ekonomi negara itu pada sanksi negara-negara Barat dan krisis yang semakin runyam dan dalam di negara tetangga Lebanon.
Assad pertama kali dipilih melalui referendum pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya Hafez al-Assad, yang telah memerintah Suriah selama 30 tahun.
Sumber : Associated Press/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.