Baca Juga: Pria di Austria Dipenjara 19 Bulan, Gara-Gara Tato Nazi di Kemaluannya
“Putra saya adalah sosok yang tertutup dan tak memiliki pacar. Ia kebanyakan tinggal di rumah karena pandemi, karena khawatir untuk pergi keluar rumah,” tuturnya dikutip Daily Star.
“Ia mengatakan kepada saya, melakukannya karena bosan dan senang memasukkan kemaluannya ke lubang kecil. Saya marah karena ia mempermalukan saya seperti ini dan memintanya untuk tak melakukannya lagi,” tambah sang ibu.
Cedera yang dialami pria itu ternyata lebih buruk dari yang diperkirakan dokter.
Tim dokter pun membutuhkan waktu lebih dari 1,5 jam menggunakan pisau listrik untuk memotong gembok tersebut.
Termasuk menyelipkan lembaran logam tipis di antara palang dan kulit pria itu untuk mencegahnya terluka.
Baca Juga: Karaoke Plus-plus di Singapura Jadi Klaster Covid-19, Pria Ini Dilema Karena Berbohong pada Istrinya
Dokter juga harus menyemprotkan air ke tubuhnya untuk membantu melumasi kulit di sekitar gembok.
Setelah kemaluannya bisa dibebaskan, mereka memberinya krim antibiotik dan tablet penisilin.
Meski bisa dibebaskan, dokter memperingatkan bahwa kerusakan pada kemaluannya diperkirakan akan permanen.
Hal itu disebabkan karena lamanya waktu kemaluan pria tersebut tersangkut di gembok itu.
Sumber : Daily Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.