Bukan Gencatan Senjata Pertama
Menilik sejarah, bukan kali ini saja Israel dan Palestina menyepakati gencatan senjata. Israel dan Palestina pernah menyepakati gencatan senjata pada 2005, tepatnya tanggal 9 Februari.
Baca Juga: Mengungkap Deretan Fakta dan Penyebab Israel-Palestina Sulit Berdamai
Kesepakatan gencatan senjata ini didapatkan dari pertemuan tingkat tinggi di Mesir. Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, bertemu dengan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas.
Meski begitu, Israel dan Palestina tetap berkonflik. Pada 2014, Palestina dan Israel terlibat dalam pertempuran sengit.
Usaha gencatan senjata muncul kembali dari pihak Mesir. Pada 15 Juli 2014, Israel menerima usulan Mesir untuk melakukan gencatan senjata.
Namun, Hamas merasa tidak dilibatkan Mesir. Mereka pun menolak kesepakatan itu dan segera mengirim 50 roket ke Israel. Keesokan harinya, 16 Juli 2014, Israel membalas serangan Hamas dan memulai kembali pertempuran.
"Hamas tak memberikan kami pilihan selain membalas. Kami tak akan berhenti sampai ancaman terhadap Israel berhenti," jelas Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers di Tel Aviv kala itu.
Akibat serangan balasan dari Israel tersebut, jumlah korban tewas dari Palestina terus bertambah menjadi di atas 200 orang.
Setelah serangan Isarel, pihak militer negara tersebut mengirimkan peringatan kepada warga sipil di kasawan Gaza utara agar mereka melakukan evakuasi dari rumah mereka demi keamanan mereka sendiri.
Akhirnya, gencatan senjata benar-benar terjadi pada 26 Agustus 2014.
Penggusuran di Sheikh Jarrah
Meski begitu, sebagaimana diketahui, konflik Israel dan Palestina tidak pernah benar-benar berakhir.
Beberapa waktu lalu mereka kembali bertempur usai dipicu kekerasan aparat Israel pada demonstran di Masjid Al-Aqsa dan penggusuran warga Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Baca Juga: Israel Gencatan Senjata dengan Palestina, Benjamin Netanyahu Diserang Kritik Partai Sayap Kanan
Israel saat ini masih terus mengepung Jalur Gaza dan membatasi ruang gerak warga Palestina di Sheikh Jarrah.
“Kami tidak tidur di malam hari karena kami cemas apa yang akan dilakukan para ekstremis ini (tentara Israel),” kata Iskafi, penduduk Sheikh Jarrah, dikutip dari Al Jazeera.
“Mereka menugaskan tiga sampai empat tentara di tiap pintu rumah kami untuk menjaga kami tetap terkunci di dalam. Kapanpun kami mencoba keluar, mereka bilang: ‘Kamu tetap di dalam atau akan kami pukul’,” imbuh Iskafi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.