YERUSALEM, KOMPAS.TV - Tanggal 15 Mei akan selalu terkenang sebagai hari paling menyedihkan bagi warga Arab Palestina. Mulai tanggal itu, tepatnya 15 Mei 1948, ratusan ribu warga terusir dari wilayah yang kini diklaim sebagai milik Israel.
Melansir Aljazeera, Israel berdiri dari sebuah komunitas warga Yahudi di Palestina bernama Yishuv.
Kelompok ini bukan komunitas Yahudi biasa. Mereka memiliki ideologi Zionisme.
Baca Juga: Kian Memanas, Jumlah Korban Jiwa Serangan Israel Makin Bertambah
“Zionisme adalah ideologi nasional Israel. Zionis percaya Yahudi adalah kebangsaan sekaligus agama (Yudaisme, red), dan bahwa orang Yahudi berhak mendapatkan negara mereka sendiri di tanah air leluhur mereka, Israel,” tulis Zack Beaucham, koresponden senior Vox.
Kelompok Zionis dari Eropa ini menetap di Palestina sejak dekade 1880. Sejak itu, mereka terus berencana mendirikan negara sendiri.
Pada 14 Mei 1948, kelompok Zionis pimpinan David Ben-Gurion ini mendeklarasikan negara Israel.
Keesokan harinya, Inggris, yang telah menjajah wilayah Palestina sejak Perang Dunia I, mulai menarik tentaranya.
Pada 15 Mei 1948 pula, perang mulai berkecamuk. Lima negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, Lebanon, Iraq dan Yordania melawan Israel.
Meski baru berdiri, Israel memiliki tentara berpengalaman bekas prajurit Inggris di masa Perang Dunia II.
“Setelah (Israel) mengalahkan pasukan lima negara Arab yang perlengkapannya kurang dan kalah jumlah, pengusiran warga Palestina tidak pernah berhenti,” tulis Ali Younes, Jurnalis Aljazeera.
Sepanjang 1947 hingga 1949 saja, ada sekitar 750 ribu warga Arab Palestina terusir dari rumah dan tanahnya.
Sekitar 1,5 juta penduduk Palestina masih bisa tinggal di wilayah yang diklaim Israel saat ini.
Warga Arab Israel itu berjumlah 20% dari total penduduk Israel, yaitu sekitar 9,3 juta orang.
Baca Juga: Konflik dengan Palestina, Israel Tambah Kekuatan Pasukan dan Tank di Gaza
Sementara, 5 juta penduduk Palestina lainnya tinggal di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Di sisi lain, 6 juta warga Arab Palestina lainnya mesti mengungsi ke berbagai negara dunia.
Padahal, wilayah klaim Israel jauh lebih luas dari wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Luas wilayah Israel itu luas sekitar 20 ribu kilometer per segi. Sedangkan, luas wilayah Palestina kira-kira 5,6 ribu sampai 6,2 ribu kilometer per segi.
Sebab pengusiran ini, penduduk Palestina selalu mengenang tanggal 15 Mei sebagai Nakba Day atau “Hari Bencana”.
Menurut Joseph Masaad, Profesor Sejarah dan Politik Arab Modern Universitas Colombia, perayaan hari Nakba ini adalah bentuk perlawanan terhadap Zionis.
"Inilah tepatnya yang melukai gerakan Israel dan Zionis. Ketidakmampuan Israel untuk menyelesaikan misinya untuk sepenuhnya menjajah Palestina, mengusir semua orang Palestina, untuk 'mengumpulkan' semua orang Yahudi di dunia di koloninya, membuat mereka tidak nyaman dan membuat proyek (negara Israel) selalu di masa sekarang,” beber Masaad.
Hari Nakba ini mengingatkan warga Arab akan pengusiran mereka. Bagi Masaad, perlawanan warga Arab atas klaim Israel adalah inti Hari Nakba ini.
Baca Juga: Korban Serangan Israel di Gaza Jadi 139 Orang, Warga Palestina: Pembantaian yang Sulit Diungkapkan
“(Masalah bagi Israel) dalam realisasinya, saat ini tidak ada tempat di 'Negara Yahudi' imajiner mereka yang tidak memiliki populasi Arab yang mengklaim wilayah itu,” imbuh Masaad.
Perlawanan ini pun masih menyala di tengah warga Arab di negara-negara lain, seperti Mesir dan Yordania.
“Orang-orang Arab masih menganggap perjuangan Palestina sebagai perjuangan mereka, meskipun pemerintah negara mereka tidak lagi menganggap penting hal itu,” ujar Adnan Abu Odeh, penduduk Palestina yang menetap di Yordania pernah menjabat sebagai Kepala Pengadilan Kerajaan Yordania.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.