DUBAI, KOMPAS.TV – Ketua Liga Arab mengecam keras serangan udara Israel yang mematikan di Jalur Gaza sebagai “sembarangan dan tidak bertanggung jawab” dan menyatakan bahwa Israel telah memprovokasi peningkatan aksi kekerasan sebelumnya dengan tindakan Israel di Yerusalem.
Rangkaian aksi kekerasan itu bermula setelah tentara Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa pada Senin (10/5/2021) – hari ketiga dalam 3 hari berturut-turut . Saat itu, tentara Israel menembakkan peluru baja berlapis karet, granat kejut dan gas air mata pada para jemaah yang berada di dalam situs tersuci umat Islam menjelang akhir bulan Ramadan.
Baca Juga: Mencekam! Israel Balas Roket Hamas Pakai Serangan Udara
Merespon serangan tersebut, Hamas, kelompok yang menduduki Jalur Gaza, mengeluarkan sebuah ultimatum bahwa Israel punya waktu hingga pukul 6 sore untuk menarik pasukannya dari Masjid Al-Aqsa.
Tak lama setelah deadline ultimatum itu berakhir, Hamas menembakkan sejumlah roket ke wilayah Israel. Israel membalas dengan melakukan serangan udara di Gaza hingga menewaskan 28 orang, termasuk 10 orang anak.
Baca Juga: Balas Serangan Israel di Masjid Al-Aqsa, Brigade Al Qassam Hamas Tembakkan 7 Rudal ke Yerusalem
“Pelanggaran Israel di Yerusalem, dan toleransi pemerintah terhadap ekstremis Yahudi yang memusuhi warga Palestina dan Arab, adalah penyebab yang menyulut situasi berbahaya ini,” tutur Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit dalam pernyataannya seperti dilansir dari AlJazeera, Selasa (11/5/2021).
Rangkaian serangan di Gaza, kata Aboul Gheit, merupakan “Unjuk kekuatan yang menyedihkan dengan mengorbankan nyawa anak-anak.” Ia juga menambahkan, provokasi Israel merupakan penghinaan bagi kaum muslim di malam Idulfitri di akhir bulan suci Ramadan.
Baca Juga: Polisi Israel Tembakkan Granat Kejut ke Dalam Masjid Al-Aqsa, 153 Demonstran Palestina Dirawat
Para menteri luar negeri negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab menggelar rapat darurat virtual pada Selasa (11/5/2021) untuk membahas situasi di Yerusalem.
Pertemuan itu akan menegaskan kembali sentralitas masalah Palestina bagi negara-negara Arab dan solidaritas dengan warga Palestina di Yerusalem.
Terkait rangkaian peristiwa yang terjadi di Yerusalem, melalui menteri luar negerinya, Sameh Shoukry, Mesir menyatakan “penolakan total dan kecaman keras atas aksi penindasan oleh Israel ini”.
Shoukry mengatakan, Kairo telah menghubungi Israel dalam upaya mencapai tensi ketenangan, namun ditanggapi dengan ketidakpedulian.
“Beberapa hari terakhir, Mesir secara ekstensif menghubungi Israel dan negara-negara lain yang prihatin, mendesak mereka untuk mengerahkan segala upaya untuk mencegah memburuknya situasi di Yerusalem,” kata Shoukry. “Tapi kami tidak mendapatkan jawaban yang diperlukan.”
Baca Juga: Jokowi Kutuk Pengusiran dan Kekerasan Israel terhadap Warga Palestina, PBB Didesak Ambil Tindakan
Dalam kesempatan terpisah, Organisasi Kerja Sama Islami (OIC) juga menggelar pertemuan darurat di Jeddah, Arab Saudi. Melansir kantor berita pemerintah Arab Saudi SPA, OIC “memuji ketabahan rakyat Palestina yang ditempatkan di kota Yerusalem yang diduduki dan tanggapan mereka terhadap serangan Israel di sejumlah tempat suci”.
Turki juga mengecam serangan udara yang dilancarkan Israel.
“Pemerintah Israel akhirnya harus memahami bahwa mereka tidak akan dapat menindas hak-hak dan tuntutan sah rakyat Palestina dengan menggunakan kekuatan yang tidak pandang bulu dan tidak proporsional,” kata Kementerian Luar Negeri Turki.
Baca Juga: Israel Tembakkan Rudal ke Jalur Gaza, 24 Warga Palestina Tewas, Sembilan di Antaranya Anak-Anak
Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan, sedikitnya 28 rakyat Palestina, termasuk 10 orang anak, tewas. Israel membantah pernyataan tersebut dan mengklaim telah membunuh setidaknya 20 pejuang Hamas. Israel juga menyebut bahwa sepertiga dari ratusan roket Hamas gagal diluncurkan, hingga menyebabkan korban jiwa di pihak rakyat sipil Palestina.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.