KABUL, KOMPAS.TV – Taliban pada Senin (10/5/2021) mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari pada Hari Raya Idulfitri yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan pada pekan ini.
Namun beberapa jam kemudian, sebuah bom meledak di jalanan dan menewaskan 11 penumpang sebuah bus di Afghanistan timur. Serangan bom ini menjadi yang terbaru dalam serangkaian kekerasan tanpa henti yang terjadi di negara itu.
Menurut Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Tariq Arian, hanya beberapa jam setelah pengumuman Taliban, sebuah bus di selatan Provinsi Zabul menghantam sebuah bom di pinggir jalan.
Ledakan bom itu menewaskan 11 penumpang dan melukai sedikitnya 24 penumpang lain.
Taliban dikenal luas kerap menggunakan bahan-bahan peledak yang dimodifikasi dan bahan-bahan peledak ini berceceran di jalanan di pedesaan Afghanistan.
Baca Juga: 30 Orang Tewas Terbunuh saat Bom Mobil di Afghanistan Meledak, di Antaranya Pelajar
Melansir The Associated Press, belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom itu.
Menanggapi pengumuman gencatan senjata itu, pemerintah Afghanistan di Kabul – yang menghadapi peningkatan serangan seiring penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) keluar Afghanistan – menyerukan gencatan senjata permanen.
Pernyataan dari Istana Kepresidenan mengecam Taliban atas meningkatnya aksi kekerasan, namun pemerintah akan mengobservasi gencatan senjata selama Idulfitri.
Taliban menyatakan, gencatan senjata akan dimulai pada Rabu (12/5/2021) atau Kamis (13/5/2021), bergantung pada penampakan bulan baru yang menentukan dimulainya bulan Syawal.
Baca Juga: Kastaf Gabungan AS: Militer Afghanistan Berpeluang Kepayahan Melawan Taliban Sepeninggal Pasukan AS
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan, “Para pejuang Taliban diperintahkan untuk menghentikan seluruh serangan untuk menciptakan suasana damai dan aman bagi para pahlawan kami, supaya mereka bisa merayakan momen kegembiraan ini dengan pikiran yang lebih tenang.”
Pernyataan Taliban diumumkan di tengah aksi kekerasan yang terus meningkat. Pada Sabtu (8/5/2021) lalu, sebuah serangan brutal di sebuah sekolah khusus perempuan di Kabul menewaskan 60 orang yang kebanyakan para siswa berusia 11 hingga 15 tahun. Jumlah para korban tewas diperkirakan masih akan terus bertambah.
Baca Juga: Korban Tewas Bom Sekolah di Afghanistan Bertambah Jadi 50 Orang, Kebanyakan Murid Usia 11 – 15 Tahun
Taliban membantah bertanggung jawab atas serangan yang terjadi di kawasan Dasht-e-Barchi di Kabul barat itu. Serangkaian serangan sebelumnya di kawasan itu dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Afghanistan.
Namun sejauh ini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap sekolah tersebut.
AS dan NATO tengah menarik pasukan militer terakhir mereka keluar dari Afghanistan. Sebanyak 2.500 – 3.500 tentara AS dan sekitar 7.000 tentara NATO akan meninggalkan Afghanistan paling lambat pada 11 September mendatang.
Baca Juga: Viral Video Perempuan Memohon Ampun Saat Dihukum Cambuk Taliban di Afghanistan
Sementara itu, kepala militer Pakistan, Jenderal Qamar Javed Bajwa, dilaporkan tengah berada di Kabul pada Senin (10/5/2021).
Pakistan menjadi kunci untuk membuat Taliban bersedia berunding dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Pun, sebuah kesepakatan yang ditandatangani para pemberontak Taliban dengan AS tahun lalu di bawah Presiden Donald Trump.
Namun, negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan kini telah mandek selama berbulan-bulan, kendati AS telah berupaya mempercepat pembicaraan damai itu.
Pemerintah Afghanistan mengeluhkan kehadiran kepemimpinan Taliban di Pakistan barat-daya. Islamabad sendiri juga mengungkapkan keprihatinan terkait kehadiran kelompok militan lain, yakni Taliban Pakistan, yang anti-Pakistan di Afghanistan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.