Misalnya, pedoman pemerintah pusat meminta negara bagian India untuk memasukkan dugaan kasus COVID-19 saat merekam kematian akibat wabah, tetapi banyak negara bagian yang tidak melakukannya.
Amerika Serikat, dengan seperempat populasi India, telah mencatat lebih dari 2,5 kali lebih banyak kematian, sekitar 580.000.
Catatan pemerintah Kota New Delhi untuk Minggu lalu menunjukkan 1.680 orang meninggal dirawat dan dimakamkan sesuai prosedur penyerahan jenazah yang terinfeksi COVID-19. Tetapi dalam periode 24 jam yang sama, hanya 407 kematian ditambahkan ke jumlah korban resmi COVID-19 dari New Delhi.
Pengadilan Tinggi New Delhi mengumumkan akan mulai menghukum pejabat pemerintah jika pasokan oksigen yang dialokasikan ke rumah sakit tidak terkirim.
Baca Juga: Cerita Dokter di India Hadapi Tsunami Covid-19, Kelelahan, dan Kekurangan Tenaga Medis
Pemilihan Umum jadi Kendala Anyar
Jumlah korban meninggal akibat COVID-19 mencerminkan sangat rapuhnya sistem kesehatan India. Namun, pihak partai Perdana Menteri Narendra Modi membalas kritik dengan menunjukkan, masalahnya adalah kekurangan dana kronis untuk perawatan kesehatan.
Tapi itu semua adalah alasan pihak berwenang untuk tidak melakukan persiapan yang memadai saat memiliki waktu dan kesempatan selama beberapa bulan ketika kasus di India rendah dan stabil, kata Dr. Vineeta Bal dari Institut Penelitian dan Pendidikan Sains India.
“Hanya perbaikan tambal sulam yang mungkin terlihat,” katanya. Tetapi negara pun "bahkan tidak melakukan itu".
Sekarang pihak berwenang India tengah berjibaku memperbaiki keadaan.
Tempat tidur ditambahkan di rumah sakit, lebih banyak tes sedang dilakukan, oksigen dikirim dari satu sudut negara ke sudut lain, dan pembuatan beberapa obat yang efektif melawan COVID-19 sedang ditingkatkan.
Tantangan terberat nantinya adalah adanya pemilihan umum negara bagian dan banyaknya kerumunan orang yang tidak memakai masker.
Jumlah rata-rata infeksi harian di negara bagian Bengal Barat telah meningkat dengan kelipatan 32 menjadi lebih dari 17.000 sejak pemungutan suara dimulai.
Baca Juga: 6 WNA Asal India Tiba Di Samarinda Positif Covid-19
Persoalan (Persediaan dan Harga) Vaksin
“Ini adalah krisis yang mengerikan,” kata Dr. Punyabrata Goon, penyelenggara Forum Dokter Bengal Barat.
Punyabrata Goon menambahkan, negara juga perlu mempercepat vaksinasi. Tetapi pembuat vaksin terbesar di dunia yang berada di India saat ini kekurangan dosis vaksin akibat kelambanan manufaktur dan kekurangan bahan baku.
Para ahli juga khawatir harga yang dikenakan untuk suntikan vaksin akan mempersulit masyarakat miskin mendapatkan vaksinasi. Pada hari Senin (4/5/2021), partai oposisi mendesak pemerintah membuat vaksinasi gratis untuk semua warga India.
India memvaksinasi sekitar 2,1 juta orang setiap hari, atau sekitar 0,15% dari populasinya.
“Ini tidak akan segera berakhir,” kata Dr. Ravi Gupta, seorang ahli virus di Universitas Cambridge di Inggris. "Dan sungguh ... jiwa negara ini terancam."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.