Kompas TV internasional kompas dunia

Unjuk Rasa Kembali Meletus di Myanmar, Gemakan Revolusi Musim Semi, Melawan Junta Militer

Kompas.tv - 2 Mei 2021, 17:57 WIB
unjuk-rasa-kembali-meletus-di-myanmar-gemakan-revolusi-musim-semi-melawan-junta-militer
Unjuk rasa kembali meletus di Myanmar hari Minggu, 2 Mei 2021, menggemakan ajakan Revolusi Musim Semi di negara itu (Sumber: KACHINWAVES/AFP via France 24)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Fadhilah

Di negara bagian Shan utara, para pemuda membawa spanduk yang bertuliskan: "Kami tidak bisa diatur sama sekali."

Pada pukul 10 pagi, kekerasan meletus di Kotapraja negara bagian Hsipaw, ketika pasukan keamanan menindak pengunjuk rasa di sana, menewaskan sedikitnya satu orang.

"Dia ditembak di kepala dan langsung meninggal," kata seorang pengunjuk rasa, yang mengatakan dia bergegas menyembunyikan tubuh temannya, berjaga jika pihak berwenang mencoba mengambilnya.

"Mereka meminta mayatnya, tapi kami tidak akan memberikannya ... Kami akan mengadakan pemakamannya hari ini," katanya kepada AFP seperti dikutip France24.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Serang Dua Suku Minoritas Kachin dan Karen Lewat Udara

Tentara Myanmar berdiri di kamp tentara kecil di sepanjang tepi sungai dekat perbatasan Myanmar dan Thailand. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada Selasa, 27 April 2021 (Sumber: AP Photo/Sakchai Lalit, File)

Pada tengah hari, media lokal melaporkan pasukan keamanan mengejar dan menangkap pengunjuk rasa.

"Mereka menangkap setiap anak muda yang mereka lihat," kata seorang sumber di Yangon kepada AFP, menambahkan bahwa dia sedang bersembunyi saat ini.

"Sekarang saya terjebak."

Ledakan bom juga meledak di berbagai bagian kota di pagi hari.

Ledakan terjadi dengan frekuensi yang meningkat di bekas ibukota Yangon, dan pihak berwenang menyalahkan kaum "penghasut".

Sejauh ini, pasukan keamanan membunuh 759 orang rakyat mereka sendiri, menurut kelompok pemantau lokal Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (Assistance Association for Political Prisoners).

Junta militer - yang menyebut AAPP sebagai organisasi terlarang - mengatakan 258 pengunjuk rasa telah tewas, bersama dengan 17 polisi dan tujuh tentara.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x