Naw Bu mengatakan pertempuran sengit berlanjut di daerah itu selama lima hari, menyebabkan sebagian besar warga sipil mengungsi.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, bentrokan antara kedua belah pihak meningkat sejak pertengahan Maret, dengan hampir 50 konfrontasi bersenjata. Dikatakan, kedua belah pihak bertempur menggunakan serangan mortir.
Rincian pertempuran di wilayah Kachin dan Karen belum dapat diverifikasi secara independen.
Di Myanmar timur, pesawat pemerintah terus melakukan serangan udara di negara bagian Karen pada Rabu, menurut kelompok bantuan yang aktif di daerah itu.
Ini terjadi sehari setelah gerilyawan Karen menyerbu pangkalan militer di tepi sungai Salween yang memisahkan Myanmar dan Thailand.
Baca Juga: Kelompok Anti Kudeta Myanmar Kecam Konsensus KTT Darurat ASEAN
Baik Jaringan Dukungan Perdamaian Karen dan Penjaga Burma Bebas mengonfirmasi total enam serangan udara yang melibatkan jet dan helikopter.
Mereka menyatakan tidak ada korban yang diketahui, tetapi Jaringan Dukungan Perdamaian mengatakan sekitar 300 penduduk desa melarikan diri melintasi perbatasan.
Ada juga serangan udara pada hari Selasa hanya beberapa jam setelah suku Karen merebut pangkalan tepi sungai.
Gelombang serangan udara terbaru meningkatkan kekhawatiran bahwa lebih banyak penduduk desa akan meninggalkan rumah mereka di daerah yang rentan, dengan kemungkinan banyak yang mencoba menyeberang ke Thailand.
Pertempuran antara Karen dan militer Myanmar semakin intens sejak Februari.
Jet Myanmar telah membom dan memberondong desa-desa Karen sejak 27 Maret, dan tentaranya telah mengerahkan batalyon baru ke daerah itu dalam kemungkinan persiapan untuk serangan skala besar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.