MOSKOW, KOMPAS.TV – Pemimpin oposisi Rusia yang tengah dipenjara, Alexei Navalny (44), menyatakan akan menghentikan aksi mogok makannya pada Jumat (23/4/2021).
Keputusan menghentikan aksi mogok makan ini dilakukan Navalny setelah mendapat perawatan kesehatan dan peringatan dari para dokter pribadinya bahwa meneruskan mogok makan akan membahayakan nyawanya.
Dalam unggahan Instagram pada hari ke-24 aksi mogok makannya, Navalny mengatakan akan tetap meminta kunjungan dokter pribadinya untuk menangani mati rasa di kaki dan lengannya. Ini permintaan utamanya.
Navalny juga akan menghentikan aksi mogok makannya setelah sejumlah dokter yang bukan merupakan dokter penjara, memeriksa dirinya. Ini disebut Navalny sebagai “kemajuan besar”.
Navalny juga menyampaikan terima kasih atas aksi demonstrasi besar-besaran di seantero Rusia dan sejumlah surat dan pernyataan dari tokoh publik dan pejabat pemerintah dari seluruh dunia yang mendukungnya.
Baca Juga: Hampir 1.500 Orang Ditangkap Tuntut Pembebasan Oposisi Rusia Alexei Navalny
“Berkat dukungan besar dari orang-orang baik di seluruh Rusia dan dunia, kami telah membuat kemajuan besar,” ujar Navalny dari balik penjara seperti dilansir dari The Associated Press, Jumat (23/4/2021).
“Dua bulan lalu, permintaan saya untuk mendapatkan bantuan medis cuma berbuntut seringaian. Saya tak diberi obat apa-apa. Berkat Anda semua, sekarang saya bahkan sudah diperiksa oleh tim dokter sipil dua kali.”
Navalny juga menghentikan aksi mogok makannya karena alasan lain. Sejumlah pendukungnya ternyata juga melakukan aksi serupa untuk menunjukkan solidaritas.
Baca Juga: Dari Balik Penjara Rusia, Navalny Ungkapkan Kebanggaan dan Harapan
“Air mata saya mengalir saat saya membaca berita itu. Tuhan, saya bahkan tak kenal dengan orang-orang ini, tapi mereka melakukan aksi itu untuk saya. Kawan-kawan, hati saya dipenuhi cinta dan terima kasih untuk kalian, tapi saya tak ingin siapapun menderita secara fisik karena saya,” pesan penentang Presiden Vladimir Putin paling vokal ini.
Navalny akan mulai keluar dari aksi mogok makannya pada Jumat (23/4/2021) dan proses mengakhirinya akan memakan waktu selama 24 hari.
Navalny mulai mogok makan pada 31 Maret, setelah menderita sakit punggung dan mati rasa di kakinya. Para pejabat penjara menyatakan Navalny sudah mendapatkan perawatan yang layak, namun Navalny bersikeras bahwa ia tak mendapatkan penanganan yang memadai.
Baca Juga: Kemungkinan di Ambang Kematian, Navalny Dipindahkan ke Rumah Sakit Penjara
Tim dokter Navalny menyebut bahwa nyawa Navalny terancam lantaran hasil tesnya menunjukkan peningkatan kadar potassium yang tajam, yang dapat memicu serangan jantung dan gejala gagal ginjal.
Navalny kemudian dipindahkan ke sebuah rumah sakit koloni penjara di Vladimir di timur Moskow pada Minggu (18/4/2021).
Sehari setelah aksi demonstrasi menuntut pembebasan Navalny melanda seantero Rusia, tim dokter Navalny merilis sebuah surat untuk mendesak Navalny menghentikan aksi mogok makannya.
Surat itu mengungkapkan bahwa Navalny dibawa ke sebuah rumah sakit biasa di Vladimir pada Selasa (20/4/2021) dan menjalani serangkaian tes dan pemeriksaan yang dilakukan oleh sejumlah spesialis atas permintaan tim dokter Navalny. Mereka kemudian mendapatkan hasil tes Navalny melalui pengacara dan keluarga Navalny pada Kamis (22/4/2021).
Baca Juga: Protes Layanan Kesehatan yang Buruk di Penjara, Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Mogok Makan
Tim dokter Navalny menyatakan akan tetap menuntut akses terhadap Navalny di penjara. Mereka juga mendesak Navalny untuk segera mengakhiri aksi mogok makan untuk menyelamatkan nyawa dan kesehatannya.
Dalam pernyataan terpisah setelah Navalny mengumumkan mengakhiri aksi mogok makan, tim dokter Navalny juga meminta agar Navalny dipindahkan ke rumah sakit dengan peralatan memadai di Moskow dan mendapatkan obat penawar sakit yang cukup.
“Ia telah mengalami kesakitan selama dua bulan,” demikian bunyi pernyataan tersebut seperti dikutip dari harian Novaya Gazeta.
“Sudah dua bulan berjalan sejak gejala-gejalanya muncul, tapi sejauh ini, diagnosa yang layak belum ditentukan.”
Baca Juga: Amerika Serikat Ancam Rusia akan Ada Konsekuensi Jika Alexey Navalny Tewas
Sementara itu, Navalny akan menjalani hari-hari berat untuk keluar dari aksi mogok makannya. Ini diungkapkan oleh sekutu dekat Navalny, Lyubov Sobol, yang pernah melakukan aksi mogok makan selama 32 hari pada tahun 2019.
“Hari-hari yang sangat sulit untuk keluar dari kelaparan akan datang. Saya pernah mengalaminya,” tulis Sobol dalam unggahan di Facebook.
“Minggu pertama pada dasarnya seperti mogok makan itu sendiri: Anda tak diizinkan makan apapun, kecuali minum jus dan bubur yang sangat tipis, dalam jumlah yang sangat sedikit. Navalny tidak akan mulai memakan makanan padat dalam waktu dekat,” terangnya.
Sobol juga menambahkan, kurangnya akses ke makanan normal dan segar di penjara makin memperumit situasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.