Baca Juga: Detik-Detik Penyelundup Jatuhkan 2 Anak Lewati Perbatasan Amerika Serikat
Saat itu, polisi perbatasan Serbia telah melakukan pengusiran kolektif terhadap para pengungsi. Praktek yang melanggar hukum Uni Eropa dan internasional ini biasanya tak menuai dampak hukum lantaran sulit dibuktikan. Namun, yang terjadi pada kasus kelompok Ahmadi dan sesama pengungsi lainnya, berbeda.
Pada Desember tahun lalu, Pengadilan Konstitusional Serbia memutuskan bahwa para petugas perbatasan Serbia telah mendeportasi para pengungsi secara tidak sah dan melanggar hak-hak mereka. Pengadilan juga memerintahkan otoritas Serbia untuk membayar 17 anggota kelompok pengungsi yang telah menggugat, masing-masing sebesar 1.000 Euro atau setara dengan Rp 17,3 juta sebagai kompensasi.
“Putusan ini sangat penting bagi Serbia,” kata Nikola Kovacevic, pengacara Serbia yang mewakili para pengungsi Afghanistan. Putusan itu, katanya, “mengirimkan pesan jelas ke otoritas negara untuk mengharmoniskan praktek perbatasan mereka dengan hukum dalam negeri dan internasional.”
Pengusiran Kolektif yang Melanggar Hukum
Para pengungsi yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di negara asal menghabiskan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun di jalan, dan rentan terpapar kondisi alam yang keras dan bahaya yang mengancam dari para penyelundup manusia dan aktivitas perdagangan manusia. Kerap, para pengungsi dan imigran dikirimkan kembali melintasi dua hingga tiga perbatasan negara yang telah mereka lalui setelah berjalan kaki selama berbulan-bulan.
Menurut data badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, sebanyak 25.180 orang telah diusir atau dikembalikan paksa ke Serbia dari Kroasia, Bosnia, Hungaria dan Rumania tahun lalu.
Baca Juga: Joe Biden Batalkan Perintah Nasional untuk Pendanaan Tembok Perbatasan Donald Trump
Kovacevic kini masih berupaya mengontak seluruh pengungsi Afghanistan yang diwakilinya. Mereka telah terpencar ke berbagai negara termasuk Prancis dan Bosnia. Lockdown akibat pandemi Covid-19 makin menyulitkannya mengontak dan mengirimkan uang kompensasi yang telah mereka menangkan.
“Prosesnya butuh waktu sedikit lebih lama, tapi kita akan selesaikan,” kata Kovacevic tersenyum.
Ahmadi, yang beroleh suaka di Jerman 5 bulan lalu, berencana menggunakan uang kompensasi itu untuk memulai hidup baru bersama istrinya di Eropa. Ia kini tengah mengambil kursus bahasa Jerman untuk mencari kerja.
“Kompensasi ini berarti banyak buat saya,” katanya bahagia. “Saya bisa membeli tempat tidur dan sesuatu untuk mengisi flat yang akan kami sewa.”