SACRAMENTO, KOMPAS.TV - Tak setiap hari orang bisa melihat pesawat mengudara atau terparkir di lahan pemberhentiannya.
Namun, hal berbeda dialami para penghuni kompleks perumahan yang biasa memarkirkan pesawat pribadinya di samping mobil mereka.
Kompleks perumahan ini bernama Cameron Airpark States.
Perumahan ini terletak di pinggir kota Sacramento, California.
Pengembang perumahan ini sengaja menciptakan sebuah komunitas untuk para pecinta dunia penerbangan.
Lalu, terciptalah Cameron Airpark States yang memiliki fasilitas parkir pesawat pribadi.
Baca Juga: Mengejutkan, Ikan Jatuh dari Langit dan Menabrak Truk di Jalan Raya
Perumahan berkonsep Airpark ini bukan satu-satunya.
Ada 640 perumahan serupa di seluruh dunia.
Namun, situs Living with Your Airplane menyebut Cameron Airpark adalah salah satu perumahan terbaik di antara berbagai airpark itu.
Mengutip Insider, perumahan ini dibangun pada 1963 bersamaan dengan pembangunan Bandara Cameron Park.
Airpark ini berisi 124 rumah dan 20 rumah di antaranya belum berpenghuni.
Jalanan di kompleks ini memiliki lebar berkisar 30 meter.
Kevin Cooksy, Manajer Bandara Cameron Park mengatakan, pihak pengembang sengaja membuat jalan di airpark itu lebih lebar dari landasan pacu bandara.
Sebabnya, pengembang ingin pesawat dan mobil dapat sama-sama melintas berbarengan.
Tak cuma itu, perumahan ini juga memiliki plang jalan dan kotak pos yang sangat rendah, yaitu kurang dari 1 meter.
Hal ini agar pesawat bisa melintas bebas tanpa tersangkut.
Cameron Airpark juga memiliki nama-nama jalan khas dunia penerbangan.
Ada Jalan Boeing sampai Jalan Cessna di perumahan itu.
Baca Juga: Demi Perbesar Alat Kelamin, 2 Pria Ini Nekat Saling Suntikkan Krim Secara Bergantian
Para pemilik rumah juga mempunyai remot masing-masing untuk membuka pintu garasi agar bisa beranjak ke bandara kapan saja.
Salah satu penghuni perumahan itu adalah Burl Skaggs.
Ia mulai tinggal di perumahan itu sejak 2003.
Skaggs sendiri memiliki sebuah pesawat kecil.
Saat masih bekerja dulu, ia selalu berangkat kerja menggunakan pesawat pribadi itu.
“Alih-alih mengendarai mobil dengan waktu tempuh dua setengah atau tiga jam, saya dapat melakukan perjalanan sekitar 35-40 menit dengan pesawat,” tutur Skaggs pada Insider.
Ia mengaku memilih tempat itu karena harganya yang murah dan fasilitas hanggar pribadi.
Skaggs juga ingin menghindari kemacetan hingga memilih tinggal di perumahan itu.
“Berangkat ke bandara [biasa] dari sini membutuhkan waktu sekitar satu jam, dan kemudian Anda harus menunggu dan melewati pemeriksaan keamanan, dan banyak latihan", ujar Daniel Kurywchak, presiden komunitas Friends of Cameron Park Airport.
"Di sini Anda hanya perlu membuka pintu garasi, menyalakan pesawat, turun ke landasan pacu, dan lepas landas,” imbuhnya, menegaskan.
Kurywchak sudah tinggal di Airpark itu selama 5 tahun.
Ia mengaku buru-buru membeli rumah di sana saat ada yang menjualnya karena jumlahnya terbatas.
Baca Juga: Di Balik Daftar Forbes Orang Terkaya Indonesia: Konglomerat Tambah Tajir, Orang Miskin Makin Rudin
Skaggs mengatakan, rumah-rumah di kompleks itu unik dan istimewa.
Rumah-rumah itu dibangun menyesuaikan selera dan kepribadian penghuninya.
Sebagai hiburan, perumahan ini juga kerap menyelenggarakan acara.
Ada berbagai acara sepanjang tahun di Cameron Airpark.
“Ketika Anda pergi ke acara sosial kami, itu lucu. Orang yang datangitu ada pilot lama dari masa Perang Dunia II hingga Vietnam serta orang-orang muda di maskapai penerbangan. Dan saya bersumpah setiap orang dari mereka akan menghentikan apa yang mereka lakukan dan akan melihat pesawat lepas landas dan membicarakannya,” kata Kurywchak.
Meski begitu, tak semua penghuni perumahan ini menyukai atau memiliki pesawat.
Skaggs memperkirakan setengah penghuni perumahan ini tak memiliki pesawat.
Cooksy mengakui hal itu. Kadang para penghuni yang tak memiliki pesawat mengeluhkan suara ribut mesin pesawat atau tak mau membayar iuran perawatan jalan untuk pesawat.
Namun, ia berusaha menjaga agar perumahan itu tak terlibat konflik, terutama dengan perumahan tetangga.
Bagaimanapun, perumahan ini adalah surga bagi para pecinta dunia penerbangan.
Kurywchak mengaku tak bisa percaya ia bisa tinggal di perumahan itu.
Baca Juga: Berkebun Porang, Panen Bisa Peroleh Rp300 Juta dan Pernah Ditawar Rp827 Juta
Ia mengaku senang saat pulang ke rumahnya.
Ia bakal menghidupkan radio untuk menyapa istrinya di dapur dan mereka akan saling melambaikan tangan.
“Hidup di sini unik,” kata Kurywchak.
Tertarik tinggal di sini?
Seorang pemilik rumah sedang menjual rumahnya.
Harganya mencapai 1,43 juta dolar AS atau setara Rp21,58 miliar!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.