WELLINGTON, KOMPAS.TV – Upacara pemakaman biasanya identik dengan kesedihan dan suasana duka.
Namun hal ini tidak terjadi pada upacara pemakaman Phil McLean di Wellington, Selandia Baru.
Ketika peti matinya dibawa oleh pengusung jenazah, para pelayat tak bisa menahan tawa ketika melihat peti matinya yang berbentuk roti isi krim dengan beraneka warna yang cerah.
Peti mati berbentuk roti isi krim raksasa itu membawa suasana berbeda dalam upacara pemakaman jenazah.
“Peti itu menutupi kesedihan dan masa-masa sulit dalam beberapa minggu terakhir,” kata janda dari Phil McLean, Debra.
"Ingatan terakhir di benak semua orang adalah tentang roti itu, dan selera humor Phil," tambahnya.
Peti mati berbentuk roti itu adalah kreasi terbaru dari sepupu Phil, Ross Hall, yang menjalankan bisnis di Auckland, Selandia Baru.
Usaha peti mati Ross bernama ‘Dying Art, yang khusus membuat peti mati berwarna-warni dengan aneka bentuk.
Baca Juga: Pembunuh 51 Jemaah Masjid Selandia Baru Minta Statusnya sebagai Teroris Ditinjau
Sebelumnya, Ross juga pernah membuat peti mati berbentuk perahu layar, truk pemadam kebakaran, sebatang cokelat, dan balok-balok Lego.
Ada peti mati berkilauan yang dilapisi perhiasan palsu, peti mati yang terinspirasi oleh film "The Matrix", dan ada banyak peti mati yang menggambarkan pantai dan tempat liburan favorit orang-orang.
“Ada orang yang senang dengan peti mati berbentuk kotak dari kayu mahoni coklat dan itu bagus,” kata Ross. "Tetapi jika mereka ingin sesuatu yang berbeda, saya di sini untuk melakukannya untuk mereka," kata Ross seperti dikutip dari The Associated Press.
Ide untuk membuat peti mati yang ceria, pertama kali muncul di benak Ross sekitar 15 tahun yang lalu, ketika dia sedang menulis surat wasiat dan merenungkan kematiannya sendiri.
"Bagaimana saya ingin dikuburkan?" pikirnya.
Ia memutuskan bahwa pemakamannya tidak akan seperti orang lain.
"Jadi saya ingin sebuah kotak merah dengan api di atasnya," ujarnya.
Enam bulan kemudian, Hall, memutuskan untuk serius dengan bisnis peti mati dengan desain yang semarak.
Dia mendekati beberapa direktur pemakaman yang memandangnya dengan penuh minat dan skeptis.
Namun seiring berjalannya waktu, gagasan itu tetap bertahan hingga kini.
Peti mati buatannya dijual dengan harga antara sekitar 3.000 (sekitar Rp 30 juta) hingga 7.500 dolar Selandia Baru (sekitar Rp 75 juta).
Hall mengatakan, kini orang-orang melihat pemakaman dari sudut pandang yang berbeda.
Pemakaman tidak harus identik dengan kesedihan.
"Orang-orang sekarang berpikir, pemakaman bukanlah duka dari kematian. Namun pemakaman merupakan perayaan hidup. Dan mereka rela membuang aturan yang kaku demi mendapatkan sesuatu yang unik,” ujarnya.
Baca Juga: Kasus Impor Melonjak, Selandia Baru Hentikan Kedatangan Penumpang dari India
Debra McLean mengatakan dia dan mendiang suaminya, Phil McLean yang berusia 68 tahun ketika meninggal, biasa berkeliling Selandia Baru dengan mengendarai motor mereka.
Phil merupakan penggemar roti isi krim dan mereka suka membandingkan roti tersebut tiap kali singgah di sebuah kota.
Phil bahkan menganggap dirinya sebagai ahli roti isi krim.
Setelah Phil didiagnosis menderita kanker usus, dia punya cukup waktu untuk memikirkan pemakamannya.
Bersama istri dan sepupunya, ia memiliki ide untuk membuat peti mati berbentuk roti isi krim.
Namun demikian, Phil tidak dimakamkan bersama dengan peti mati berbentuk roti tersebut.
Ia dikremasi dengan peti mati biasa, setelah jenazahnya dipindahkan dari peti mati jenaka berbentuk roti.
Ross mengatakan, dia akan menyimpan peti mati berbentuk roti itu untuk selamanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.