JOHANNESBURG, KOMPAS.TV - Sebuah kelompok pemberontak di Mozambik sudah lima hari berturut-turut mengepung dan membombardir kota Palma di Utara Mozambik dekat perbatasan Tanzania, untuk menguasai kota strategis itu. Hari Minggu, (28/03/2021) masuk berbagai laporan di mana puluhan warga sipil telah tewas dan mayat berserakan di jalan-jalan kota Palma. Nasib puluhan tenaga kerja asing juga belum diketahui, seperti dilaporkan Associated Press, Minggu, (28/03/2021).
Menurut laporan Human Rights Watch yang dilansir Associated Press, beberapa korban tewas dengan dipenggal. Upaya para pekerja ekspatriat untuk melarikan diri ke tempat aman terjadi dibawah hujan pelusu, menyebabkan banyak korban ekspatriat tewas, menurut laporan lokal.
Pertempuran di kota Palma menyoroti krisis militer dan kemanusiaan di negara Afrika tepi Samudra Hindia ini.
Pemberontakan kelompok ini sudah berlangsung tiga tahun, yang sebagian besar beranggotakan pemuda Muslim yang terpinggirkan di provinsi Cabo Delgado utara. Pemberontakan mereka telah merenggut lebih dari 2.600 nyawa dan membuat sekitar 670.000 orang mengungsi, menurut laporan PBB.
Baca Juga: Topan Idai di Mozambik, Hampir 500 Orang Meninggal & Ribuan Orang Mengungsi
Pemerintah Mozambik diperkirakan akan memperbarui informasi terakhir tentang pertempuran untuk Palma Minggu malam waktu Mozambik.
Sebagian besar komunikasi dengan Palma dan daerah sekitarnya telah diputus oleh pemberontak, meskipun beberapa orang di kota yang terkepung itu dapat berkomunikasi menggunakan telepon satelit.
Kota ini adalah tempat banyak kontraktor bekerja untuk proyek gas alam cair bernilai miliaran dolar oleh perusahaan energi Prancis, Total.
Banyak penduduk Palma lari ke rimba tropis di sekitar kota untuk menghindari kekerasan, menurut laporan berita Mozambik.
Namun beberapa ratus pekerja asing asal Afrika Selatan, Inggris dan Prancis berkumpul di hotel-hotel yang dengan cepat menjadi sasaran tembak serangan pemberontak.
Diperkirakan 200 pekerja asing berada di Hotel Amarula. Pada hari Sabtu sekelompok dari mereka dengan 17 kendaraan melaju bersama untuk mencoba mencapai pantai tempat mereka berharap bisa diselamatkan.
Baca Juga: Korban Meninggal akibat Topan Idai di Mozambik Capai 1.000 Orang
Konvoi itu dihujani tembakan hebat dan hanya 7 kendaraan yang mencapai pantai dan beberapa orang bahkan di dalam kendaraan itu telah tewas, menurut laporan dan pesan yang dikirim oleh mereka yang selamat.
Pantai tersebut terus dihujani tembakan oleh pemberontak, sehingga mencegah upaya penyelamatan dari udara atau laut, menurut laporan itu.
Hotel Amarula tetap mendapat serangan dan tidak diketahui apa yang terjadi pada 10 kendaraan yang tidak mencapai pantai.
Serangan di Palma dimulai hari Rabu lalu setelah banyak pemberontak yang berhasil menyusup ke kota itu, menurut Laporan dan Kliping Berita Mozambik.
Serangan terkoordinasi kemudian menghantam kota Palma "dalam tiga arah," termasuk menghantam bandara, kata Kementerian Pertahanan Mozambik.
Baca Juga: Kamala Harris Beri Selamat ke Presiden Wanita Pertama Tanzania, Ini Isi Pesannya
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Omar Saranga di ibu kota Mozambik, Maputo hari Kamis (26/03/2021) mengatakan pasukan pertahanan dan keamanan Mozambik "bekerja tanpa lelah untuk membangun kembali keamanan dan ketertiban secepat mungkin" dan akan "melakukan segalanya untuk menjamin keamanan" penduduk setempat dan "proyek ekonomi",
Serangan di kota Palma dimulai hanya beberapa jam setelah Total mengumumkan mereka akan melanjutkan pekerjaan di luar kota untuk proyek gas alamnya, dekat perbatasan timur laut Mozambik dengan Tanzania.
Serangan pemberontak sebelumnya mendorong Total pada Januari lalu untuk menangguhkan pekerjaan pada proyek ekstraksi gas dari lokasi lepas pantai.
Total Prancis bersiap untuk secara bertahap melanjutkan operasinya di semenanjung Afungi beberapa kilometer (mil) di luar Palma.
Kekerasan baru dari pemberontak memunculkan tanda tanya akan nasib proyek gas, salah satu investasi swasta terbesar di Afrika.
Baca Juga: Berdesakan Ingin Lihat Jenazah Presiden, Lima Warga Tanzania Tewas
Total Prancis membayar hampir 4 miliar dolar untuk 26,5% saham dalam proyek tersebut pada tahun 2019. Mereka merencanakan untuk memulai pengiriman gas pada tahun 2024 tetapi situasi keamanan yang memburuk telah membuat tujuan itu tidak mungkin tercapai.
Total mengeluarkan pernyataan hari Sabtu, (29/03/2021) yang mengatakan karena serangan pemberontak terbaru, mereka menangguhkan seluruh operasinya di semenanjung Afungi. Dikatakan bahwa tidak ada stafnya di lokasi proyek Afungi yang menjadi korban serangan itu.
"Total mengungkapkan simpati dan dukungannya kepada masyarakat Palma, kepada kerabat para korban dan mereka yang terkena dampak peristiwa tragis beberapa hari terakhir," kata pernyataan itu.
Baca Juga: Bubarkan Demonstrasi, Polisi di Malawi Malah Perkosa 18 Wanita
“Total mempercayai pemerintah Mozambik yang pasukan keamanan publiknya saat ini bekerja untuk mengambil kembali kendali daerah tersebut.”
Pemberontak Mozambik sudah menguasai kota pelabuhan Mocimboa da Praia, 50 kilometer (31 mil) selatan Palma, yang mereka kuasai pada Agustus lalu.
Pemberontak Mozambik dikenal oleh penduduk setempat sebagai al-Shabab, meskipun mereka tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan pemberontak jihadis Somalia dengan nama itu.
Pemberontak telah aktif di provinsi Cabo Delgado sejak 2017 tetapi serangan mereka menjadi lebih sering dan mematikan dalam setahun terakhir.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.