Baca Juga: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Keras Pada 11 Pejabat Myanmar yang Lakukan Kudeta
Mohammad Yasin, seorang Rohingya yang membantu pemadaman kebakaran, mengatakan api berkobar selama lebih dari 10 jam. Kebakaran ini adalah insiden terburuk yang pernah terjadi sejak 2017.
“Orang-orang lari menyelamatkan diri karena penyebarannya cepat. Banyak yang terluka dan saya melihat sedikitnya empat mayat,” kata Aminul Haq, pengungsi lainnya.
Banyak pengungsi anak menghilang dan ikut tewas karena tak bisa menyelamatkan diri terhalang pagar kawat yang mengelilingi kamp itu.
Kebakaran ini juga mengulang memori traumatik akibat persekusi minoritas Myanmar ini pada 2017. Saat itu, hampir satu juta orang Rohingya mesti pergi dari Myanmar karena persekusi oleh militer.
“Tragedi ini merupakan pengingat yang mengerikan dari posisi rentan pengungsi Rohingya yang terjebak di antara kondisi yang semakin genting di Bangladesh dan kenyataan tanah air yang sekarang diperintah oleh militer yang bertanggung jawab atas genosida yang memaksa mereka untuk melarikan diri,” demikian pernyataan resmi dari The Refugee International.
Baca Juga: Kapal Bermuatan 90 Pengungsi Rohingya Ditemukan di Laut Andaman, 8 Pengungsi Tewas
Salai Maung Taing San atau Dr Sasa, utusan Myanmar untuk PBB mengatakan, pelaku utama persekusi pada 2017 adalah para jenderal yang melakukan kudeta 2021.
An important statement from @DrSasa22222 on @CrphMyanmar’s commitment to deliver justice for #Rohingya. “In 2017, these same generals, perpetrators, could have killed thousands of our brothers and sisters Rohingya. They are human beings.” #Myanmar pic.twitter.com/0IirLurn92
— Matthew Smith (@matthewfsmith) March 22, 2021
"Para jenderal militer yang sama ini, mereka memperkosa ribuan wanita Rohingya," kata Dr Sasa dalam sebuah video yang beredar di Twitter.
"Keadilan akan diberikan pada Rohingya," tambah Dr Sasa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.