Lebih dari seribu staf Palang Merah dan relawan bekerja dengan layanan pemadam kebakaran untuk memadamkan kobaran api, tersebar di empat bagian kamp yang menampung sekitar 124.000 orang, kata Kafley.
Jumlah itu mewakili sekitar sepersepuluh dari perkiraan total 1 juta pengungsi Rohingya di daerah tersebut, kata Kafley.
“Saya telah berada di Cox's Bazar selama tiga setengah tahun dan belum pernah melihat api seperti itu,” katanya kepada Reuters.
“Orang-orang ini telah mengungsi dua kali. Bagi banyak orang, tidak ada yang tersisa. ”
Baca Juga: Pertama di Bangladesh, Seorang Transgender Dipekerjakan Stasiun TV Sebagai Presenter Berita
KAWAT BERDURI
Beberapa saksi mata mengatakan, pagar kawat berduri di sekitar kamp menjebak banyak orang dan membuat mereka tidak bisa menyelamatkan diri, melukai banyak orang, dan menyebabkan badan-badan kemanusiaan internasional menyerukan pencabutannya.
Organisasi kemanusiaan Refugees International memperkirakan 50.000 orang telah mengungsi dan mengatakan tingkat kerusakan mungkin tidak diketahui untuk beberapa waktu.
"Banyak anak hilang, dan beberapa tidak dapat melarikan diri karena kawat berduri dipasang di kamp," katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Bunuh Seorang Blogger Yang Vokal Lawan Fundamentalisme Agama, 5 Milisi Bangladesh Dihukum Mati
John Quinley dari Fortify Rights, sebuah organisasi hak asasi yang bekerja dengan Rohingya mengatakan, dia telah mendengar laporan serupa, seraya menambahkan pagar telah menghambat distribusi bantuan kemanusiaan dan layanan vital di kamp-kamp di masa lalu.
“Pemerintah harus menghapus pagar dan melindungi pengungsi,” kata Quinley.
"Sekarang telah terjadi sejumlah kebakaran besar di kamp-kamp termasuk kebakaran besar di bulan Januari tahun ini ... Pihak berwenang harus melakukan penyelidikan yang tepat atas penyebab kebakaran tersebut."
Sebagian besar orang di kamp-kamp itu melarikan diri dari Myanmar pada 2017 di tengah penumpasan pimpinan militer terhadap Rohingya yang menurut penyelidik PBB dieksekusi dengan "niat genosida", tuduhan yang dibantah Myanmar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.