SHAN, KOMPAS.TV - Sebuah desa di Kota Kecil Pekon, Negara Bagian Shan, Myanmar, menjadi sasaran penyerbuan dari pasukan junta militer.
Penyerbuan tersebut dilakukan setelah empat tentara Myanmar ditemukan tewas di sekitar wilayah tersebut pada 15 Maret lalu.
Seperti dilaporkan The Irrawady, junta militer melaporkan kehilangan kontak dengan empat tentaranya.
Baca Juga: Dokter dan Tenaga Kesehatan Ikut Dalam Protes Anti-Kudeta di Myanmar
Mereka dikabarkan berpergian ke Pekon untuk mengatasi masalah administratif setelah menerima adanya laporan keributan dengan massa.
Pihak junta pun mengungkapkan telah menemukan jenazah para tentara yang terikat dengan tali di sebuah lubang dekat desa Lethton.
Selain itu kendaraan mereka yang terbakar juga ditemukan di sebuah jurang di daerah tersebut.
Baca Juga: Ikan Monster Ditemukan di Alaska, Miliki Gigi Setajam Silet
Empat penduduk desa telah ditahan dan empat orang lainnya diinterogasi. Rezim junta pun mengancam akan melakukan aksi ekstrim terhadap semua yang terlibat.
Sebuah sumber mengatakan, pihak militer yang mencari tentara yang hilang, menyerang desa di dekat Shan, yang perbatasan dengan Kayah pada Rabu (17/3/2021).
Mereka dikabarkan menggunakan gas air mata, peluru karet serta peluru tajam terhadap penduduk desa yang melakukan protes.
Pihak militer juga dikabarkan menduduki gereja, sekolah dan rumah untuk mengakomodir pasukannya.
Baca Juga: Gadis Ini Ketakutan Seusai Temukan Ular Beracun di Dalam Inhaler Asma Miliknya
Hal itu yang kemudian membuat para penduduk desa memilih kabur.
Pada Kamis (18/3/2021), sebanyak 20 penduduk desa dengan anggota Komite Antikudeta Negara Bagian Kayah, yang berkonsultasi dengan militer untuk membebaskan penduduk desa, juga ditahan.
Hlaing Win, yang kemudian dibebaskan keesokan harinya mengungkapkan kepada The Irrawady, Minggu (21/3/2021), bahwa penduduk desa disiksa hingga kehilangan kesadaran dan tuli saat diinterogasi.
Baca Juga: Rakyat Myanmar Tolak Makamkan Polisi yang Meninggal, Kebencian karena Bunuhi Demonstran?
Hal itu membuat sekitar 1.500 penduduk desa dari Lethton, Wari Taung Chay dan Saungkan kabur untuk menghindari penangkapan.
Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Sagaing, setelah ribuan penduduk dari lima desa di Kota Kecil Depayin kabur dari rumahnya setelah militer melakukan penyerbuan, seusai dua polisi tewas dan seorang kapten terluka pada 17 Maret.
Saat ini, puluhan ribu warga di seluruh Myanmar masih melakukan demonstrasi menentang aksi kudeta militer yang dilakukan sejak 1 Februari lalu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.