“Kami menemukan perbedaan tekstual yang tidak memiliki paralel dengan manuskrip lain, baik dalam bahasa Ibrani atau Yunani,” kata Oren Ableman, seorang peneliti Gulungan Laut Mati di Israel Antiquities Authority.
Dia merujuk pada sedikit variasi dalam terjemahan bahasa Yunani dari bahasa Ibrani asli dibandingkan dengan manuskrip Septuaginta, yaitu terjemahan dari Alkitab Ibrani ke bahasa Yunani yang dibuat di Mesir pada abad ke-3 dan ke-2 SM.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Situs Jejak Dinosaurus Terluas di China
“Ketika kita berpikir tentang teks alkitabiyah, kita memikirkan tentang sesuatu yang sangat statis. Itu tidak statis. Ada sedikit perbedaan dan beberapa perbedaan itu penting, ”kata Joe Uziel, kepala unit Gulungan Laut Mati dari otoritas barang antik.
“Setiap informasi kecil yang dapat kami tambahkan, kami dapat memahami sedikit lebih baik” bagaimana teks Alkitab menjadi bentuk Ibrani tradisionalnya.
Bersamaan dengan artefak era Romawi, pameran tersebut mencakup penemuan yang jauh lebih tua namun tidak kalah penting, yang ditemukan saat tim arkeolog menyapu lebih dari 500 gua di gurun tersebut: kerangka mumi anak berusia 6.000 tahun, keranjang anyaman yang sangat besar dan lengkap dari periode Neolitik yang diperkirakan berusia 10.500 tahun, dan sejumlah bahan organik halus lain yang terawetkan dalam iklim kering gua.
Pada tahun 1961, arkeolog Israel Yohanan Aharoni menggali "Gua Horor" dan timnya menemukan sembilan fragmen perkamen milik sebuah gulungan dengan teks dari Dua Belas Nabi Kecil dalam bahasa Yunani, dan secarik papirus Yunani.
Baca Juga: 3.500 Makam Kuno Ditemukan di Xian, Shaanxi, China dari Era Dinasti Sui dan Dinasti Tang, 581-907M
Sejak itu, tidak ada teks baru yang ditemukan selama penggalian arkeologi, tetapi banyak yang muncul di pasar gelap, tampaknya dijarah dari gua.
Selama empat tahun terakhir, para arkeolog Israel melancarkan kampanye besar-besaran untuk menjelajahi gua-gua yang terletak di ngarai terjal di Gurun Yudea untuk mencari gulungan dan artefak langka lainnya.
Tujuannya adalah untuk menemukan artefak arkeologi sebelum penjarah mengganggu situs-situs terpencil, menghancurkan lapisan dan data arkeologi, untuk mencari barang antik yang menuju pasar gelap.
Hingga saat ini perburuan hanya menemukan segelintir sobekan perkamen yang tidak ada teksnya.
Amir Ganor, kepala unit pencegahan pencurian barang antik, mengatakan sejak dimulainya operasi pada 2017 hampir tidak ada barang antik yang dijarah di Gurun Yudea, dan menyebut operasi itu berhasil.
"Untuk pertama kalinya dalam 70 tahun, kami mampu mendahului para penjarah," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.