Di bandara internasional Baghdad, Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi menyambut Paus Fransiskus.
Acara utama Paus Fransiskus diawali dengan kunjungan kehormatan ke Presiden Irak Barham Salih di istana kepresidenan di Baghdad yang terletak di Zona Hijau yang dijaga ketat. Dalam kesempatan itu, Paus Fransiskus menyatakan agar umat Kristen dan minoritas lain jangan dianggap sebagai warga kelas dunia di Irak, namun juga berhak atas perlindungan dan hak yang sama selayaknya kaum mayoritas muslim Syiah.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Paus Fransiskus Doakan dan Ungkap Solidaritasnya untuk Rakyat Myanmar
“Keragaman agama, budaya dan etnis yang telah menjadi ciri khas masyarakat Irak selama ribuan tahun merupakan sumber daya berharga, bukan hambatan yang harus dimusnahkan,” kata Paus Fransiskus. “Irak hari ini dipanggil untuk menunjukkan pada semua orang, terutama di Timur Tengah, bahwa keragaman, alih-alih memicu konflik, harus mengarah pada kerja sama harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.”
Warga Kristen merupakan kaum minoritas di Irak, jumlahnya sekitar 1,4 juta jiwa. Namun, jumlah mereka menyusut setelah invasi AS pada 2003 mengusir Saddam Hussein memicu gelombang ketidakstabilan dan aksi penyerangan terhadap kaum Kristen oleh para milisi.
Baca Juga: Serangan Roket Hujani Pangkalan Udara AS di Irak, 1 Tewas, AS Pertimbangkan Serangan Balasan
Kaum Kristen juga menerima pukulan saat milisi ISIS pada 2014 merajalela di Irak utara, termasuk di kota-kota tradisional Kristen di dataran Nineveh, yang beberapa di antaranya berasal dari jaman Kristus. Aksi kekerasan ISIS memaksa warga mengungsi ke wilayah Kurdi dan wilayah yang lebih jauh lainnya.
Diperkirakan, kini kurang dari 300.000 warga Kristen yang masih berada di Irak dan banyak di antara mereka yang mengungsi. Mereka yang kembali ke kampung halaman mereka, menemukan rumah dan gereja mereka telah hancur. Banyak warga Kristen yang merasa terintimidasi atas kehadiran milisi Syiah di sejumlah area.
Baca Juga: Irak Terima Vaksin Covid-19 Pertama, Hadiah dari China
Warga Kristen Irak juga menghadapi diskriminasi. Banyak dari mereka yang tak dapat bekerja lantaran praktek diskriminasi di sektor publik, sektor yang paling banyak menyedot tenaga kerja di irak. Sejak 2003, lowongan pekerjaan publik dikendalikan oleh para elit politikus dari mayoritas Syiah, hingga menyebabkan kaum Kristen terpinggirkan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.