MELILLA, KOMPAS.TV - Aparat kepolisian Guardia Civil Spanyol menemukan puluhan migran bersembunyi di kargo barang-barang berbahaya di pelabuhan Melilla, sebuah wilayah Spanyol di Afrika Utara.
Petuga mulanya memeriksa truk bermuatan karung abu beracun. Menggunakan pisau, aparat itu membuka sejumlah karung. Ia menemukan sepasang kaki yang tak bergerak menunjukkan ada orang di dalam karung itu.
Namun, orang dalam karung itu nampaknya hilang kesadaran. Saat petugas mengangkat dan menjatuhkan kaki itu, tetapi orang di dalam karung itu tak bereaksi.
Baca Juga: Malaysia Pulangkan Lagi 99 Pekerja Migran Indonesia Non Prosedural lewat PLBN Entikong
Tak lama, orang itu tersadar dan muncul dari balik abu. Ia terlihat ketakutan dan kaget melihat sekelilingnya.
Associated Press mengabarkan, adegan itu terlihat dalam video yang rilis pada Senin (21/2/2021). Hal ini memperlihatkan betapa putus asa dan berbahaya tindakan para migran dan pencari suaka yang nekat menuju Eropa.
Ada pula empat orang yang bersembunyi di bawah tumpukan botol kaca yang hendak menjalani proses daur ulang. Beberapa botol telah pecah sehingga membahayakan para migran itu.
Petugas menemukan total 41 orang migran bersembunyi di dalam kargo di pelabuhan Melilla pada Jumat (19/2/2021). Mereka menyelinap ke atas kapal yang akan bergerak melintasi Laut Mediterania ke daratan Spanyol.
Wilayah Melilla dan Ceuta milik Spanyol bertetangga dengan wilayah Maroko. Daerah ini telah menjadi target banyak migran asal Afrika selama beberapa tahun ke belakang.
Namun kedua wilayah tersebut berada di luar wilayah Schengen. Warga Eropa yang tinggal di area Schengen dapat pindah dengan bebas ke negara lain anggota Schengen Area.
Karena hal itu, banyak migran terjebak dan gagal mencapai Eropa.
Para migran berusaha menyeberang ke Eropa dengan berbagai cara berbahaya, mulai dari berenang, bersembunyi di bawah kendaraan, melompat masuk ke truk mesin pengaduk semen, hingga memanjat pagar di sekitar pelabuhan.
Pada awal 2021 ini, Guardia Civil mengatakan telah menemukan 1.781 migran yang masuk tanpa izin di sekitar pelabuhan Melilla. Tahun lalu, jumlahnya mencapai 11.700 orang.
“Kami tidak akan pernah terbiasa,” kata Juan Antonio Martín, juru bicara Guardia Civil di Melilla.
Baca Juga: Menolong Bus yang Terjebak Salju di Polandia, Imigran Belarusia Dihadiahi Izin Perjalanan Gratis
Perbatasan antara wilayah Maroko dan Spanyol di Afrika Utara telah ditutup sejak pandemi Covid-19 menyebar pada Maret 2020. Hal ini menyulitkan para migran yang hendak masuk.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Spanyol, hampir 1.500 orang menyeberang secara ilegal ke Melilla tahun lalu, turun dari lebih dari 5.800 pada 2019.
Mereka tidak dapat ikut dengan kapal feri berpenumpang atau penerbangan untuk mencapai daratan Eropa, baik karena tidak memiliki dokumen perjalanan atau karena memasuki Melilla dan Ceuta secara ilegal sejak awal.
Melansir AP, tidak ada rilis resmi soal kewarganegaraan para migran. Tetapi juru bicara mengatakan sebagian besar berasal dari Maroko.
Penutupan perbatasan darat Maroko dengan Ceuta dan Melilla terjadi dilakukan setelah bertahun-tahun meningkatkan keamanan perbatasan. Kondisi itu berhasil menurunkan penyeberangan ilegal besar-besaran.
Baca Juga: Bertemu Muhyiddin Yassin, Jokowi Minta Ada Penyelesaian MoU Baru untuk Pekerja Migran Indonesia
Namun, para migran mencari jalur lain lewat kepulauan Canary Spanyol di Samudra Atlantik.
Tahun lalu, sekitar 23.000 orang mencapai kepulauan itu. Kebanyakan dari mereka diselamatkan dari perairan oleh Layanan Penyelamatan Maritim Spanyol. Lebih dari 500 meninggal atau hilang dalam upaya mencari suaka.
Pada Desember 2020, surat kabar Spanyol El País melaporkan, seorang anak berusia 14 tahun dari Nigeria menghabiskan dua minggu berpegangan pada kemudi kapal tanker minyak. Akhirnya dia ditemukan oleh kapal patroli di dekat pelabuhan Las Palmas, pulau Gran Canaria.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.