Mutasi Q677H juga ditemukan di varian virus corona lain dari Amerika Serikat dan diduga bisa memengaruhi efisiensi virus ini dalam menginfeksi dan menular.
Sementara itu, masih banyak yang belum diketahui oleh para ahli mengenai mutasi F888L, meskipun mutasi ini tidak terdapat pada spike virus.
Sudah ada 135 kasus di 13 negara
Dalam laporan para peneliti yang dikutip Kompas.com, Rabu (17/2/2021); varian B1525 ini telah terdeteksi lewat metode whole genome sequencing di 13 negara dengan total 135 kasus.
Berikut rincian penyebaran di 13 negara tersebut: Inggris Raya (39), Denmark (35), Nigeria (29), Amerika Serikat (10), Kanada (5), Perancis (5), Ghana (4), Australia (2), Yordania (2), Singapura (1), Finlandia (1), Belgium (1) dan Spain (1).
Sampai saat ini, sequence paling awal dari varian B1525 berasal dari Inggris (15 Desember 2020) dan Nigeria (29 Desember 2020).
Kabar buruk dan baik
Para pakar menganggap penemuan varian baru ini sebagai kabar buruk dan baik. Dr Simon Clarke dari University of Reading yang diwawancarai oleh The Guardian menuturkan bahwa pada saat ini, para ahli belum mengetahui seberapa baik varian ini menyebar.
"Namun, bila ia sangat berhasil (menyebar), bisa dianggap bahwa imunitas dari vaksin apa pun atau infeksi sebelumnya tumpul," ujarnya.
Sementara itu, Dr Eleanor Gaunt Sir Henry Dale Fellow dari Edinburgh University menyebut bahwa penemuan varian baru yang tergolong cepat ini adalah sebuah pencapaian luar biasa. Apalagi varian telah diketahui terdapat di negara mana saja.
Berbekal pengetahuan tersebut, pemerintah-pemerintah dunia bisa membuat kebijakan yang akurat untuk membatasi penyebaran varian baru ini.
Selain itu, penemuan mutasi E484K pada varian B1525 dan sejumlah varian lainnya akan memberi inspirasi kepada para peneliti dalam mengembangkan vaksin Covid-19 generasi berikutnya.
Jonathan Stoye, seorang pakar virologi dari Francis Crick Institute in London, berkata bahwa mutasi E484K tampaknya menjadi kunci perubahan yang digunakan virus corona untuk kabur. Oleh karena itu, dia pun menduga bahwa mutasi ini akan menjadi target modifikasi vaksin berikutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.