YANGON, KOMPAS.TV – Aparat Keamanan di Myanmar menodongkan senjata ke arah pengunjuk rasa anti-kudeta dan menghujani mereka dengan ketapel dan tongkat pada hari Senin, (15/02/2021) berusaha memadamkan unjuk rasa skala besar yang mendesak junta militer membatalkan kudeta dan memulihkan kembali pemerintahan terpilih.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa, (16/02/2021), lebih dari 1.000 orang berunjuk rasa di depan Bank Ekonomi Myanmar di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, ketika setidaknya 10 truk penuh tentara dan polisi tiba dan segera mulai menembakkan ketapel ke arah para pengunjuk rasa, menurut seorang fotografer yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Tentara dan polisi kemudian menyerang para pengunjuk rasa dengan tongkat, dan polisi terlihat mengarahkan senjata laras panjang ke udara di tengah suara yang menyerupai tembakan.
Media setempat dikutip Associated Press melaporkan aparat keamanan menembakkan peluru karet ke arah kerumunan sehingga membuat beberapa orang terluka.
Polisi juga terlihat menodongkan senjata ke arah pengunjuk rasa.
Baca Juga: Ribuan Orang Demonstrasi Menentang Kudeta Myanmar di Tokyo, Diyakini Unjuk Rasa Terbesar di Jepang
Di ibu kota, Naypyidaw, pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor polisi menuntut pembebasan sekelompok siswa sekolah menengah yang ditahan saat mengikuti kegiatan anti-kudeta.
Seorang yang berhasil melarikan diri mengatakan kepada wartawan, para siswa yang berusia antara 13 hingga 16 tahun berunjuk rasa dengan damai ketika barisan polisi anti huru hara tiba-tiba datang dan mulai menangkap mereka.
Tidak jelas persis berapa banyak siswa yang ditangkap, namun berbagai perkiraan menyebutkan angka antara 20 dan 40.
Sebelumnya Senin, (15/02/2021), para pemimpin junta militer Myanmar memperpanjang penahanan terhadap pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, yang penahanannya akan berakhir dan kebebasannya merupakan tuntutan utama dari kerumunan orang yang memprotes kudeta 1 Februari.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Internet Kembali Diputus, Tentara Berjaga di Jalanan untuk Hadapi Demonstran
Suu Kyi sekarang akan ditahan hingga 17 Februari, ketika dia kemungkinan besar akan dihadirkan di pengadilan melalui konferensi video, menurut Khin Maung Zaw, seorang pengacara yang diminta oleh partai Suu Kyi untuk mewakilinya. Peraih Nobel itu masih menjalani tahanan rumah dengan tuduhan sepele yaitu memiliki walkie-talkie impor yang tidak terdaftar.
Penahanan Suu Kyi yang diperpanjang ini kemungkinan akan semakin mengobarkan ketegangan antara militer dan pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan hingga di kota-kota di Asia Tenggara dan Jepang, menuntut dipulihkannya pemerintahan yang dipilih rakyat Myanmar.
Pengunjuk rasa turun ke jalan di seluruh Myanmar pada hari Senin, setelah malam sebelumnya militer memutuskan akses internet negara itu dan meningkatkan kehadiran aparat keamanan di kota-kota besar dalam upaya untuk meredam unjuk rasa.
Baca Juga: Junta Militer Perpanjang Penahanan Aung San Suu Kyi, Militer Hadir di Jalanan, Unjuk Rasa Berlanjut
Ribuan insinyur berbaris di jalan-jalan Mandalay, berteriak dan memegang tanda bertuliskan, "Bebaskan pemimpin kami," "Siapa yang berdiri dengan keadilan?" dan "Berhenti menangkap orang secara ilegal pada tengah malam."
Di Yangon, kota terpadat di negara itu, lebih sedikit pengunjuk rasa berkumpul di tengah putusnya sambungan internet dan hilir mudik kendaraan militer di jalanan.
Namun demikian, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa anti-kudeta beraksi di luar gedung Bank Sentral Myanmar, di mana juga terdapat truk militer yang penuh dengan tentara, polisi anti huru hara, truk meriam air, dan pengangkut personel lapis baja.
Para pengunjuk rasa membawa plakat bertuliskan "#SupportCDM #SaveMyanmar".
CDM mengacu pada gerakan pembangkangan sipil yang membuat para dokter, insinyur, dan kaum profesional lainnya di Myanmar menolak bekerja sampai militer membebaskan para pemimpin politik terpilih dan mengembalikan negara tersebut ke pemerintahan sipil.
Beberapa pengunjuk rasa berpose di depan kendaraan militer sambil memegang tanda merah bertuliskan "Gabung dalam CDM."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.