Baca Juga: Profil Dewi Soekarno, Istri Kelima Presiden Soekarno yang Kini Tinggal di Jepang
Di negara di mana banyak orang berpandangan skeptis tentang vaksin, Jepang berupaya melakukan tes dan uji klinis tambahan untuk menjawab keraguan atas masalah keamanan vaksin.
Tetapi tes tersebut dilakukan hanya pada 160 orang, dan sebagian kalangan mempertanyakan apakah layak, untuk jumlah yang hanya segitu, sehingga menunda peluncuran vaksin kepada kelompok prioritas utama.
Vaksin adalah kunci untuk menggelar Olimpiade Tokyo musim panas ini.
Jepang diharapkan menerima 144 juta dosis dari Pfizer, 120 juta dari AstraZeneca dan sekitar 50 juta dari Moderna sebelum akhir tahun ini, cukup untuk menutupi populasinya.
Vaksin yang dikembangkan Jepang masih dalam tahap awal, sehingga negara tersebut harus mengandalkan impor.
AstraZeneca baru saja mengajukan permohonan persetujuan di Jepang, sedangkan Moderna belum mengajukan permohonan.
Baca Juga: Terkait 50 Juta Dosis Vaksin Corona Pesanan Indonesia, Pemerintah dan Pfizer Masih Negosiasi
Ketergantungan Jepang pada impor, dimana banyak di antaranya tunduk pada kontrol ekspor UE, juga menyebabkan kekhawatiran tentang kepastian pasokan.
Shigeru Omi, kepala satuan tugas Covid-19 pemerintah Jepang awal bulan ini menyebut kurangnya daya saing global obat-obatan Jepang sebagai alasan penundaan peluncuran.
Kasus dan kematian cenderung lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir dan ibu kota Jepang, Tokyo, mencatat hampir 400 kasus pada Minggu. Sejauh ini, Jepang telah mencatat sekitar 410.000 kasus virus corona secara nasional dan 6.772 kematian. Olimpiade Musim Panas sedianya akan dimulai pada 23 Juli.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.