Proses yang berlarut-larut akan berisiko secara politik, terutama untuk kepresidenan baru Biden dan agenda legislatifnya yang mendesak.
Persidangan dilakukan di tengah krisis Covid-19, dan Gedung Putih berusaha untuk mempercepat bantuan pandemi melalui Kongres.
Jaksa penuntut berpendapat bahwa Trump adalah "pemicu utama" yang memicu kampanye selama berbulan-bulan, dan mengatur pola retorika kekerasan dan klaim palsu yang mendorong massa dalam melakukan pemberontakan. Lima orang tewas, termasuk seorang perusuh yang ditembak, dan seorang polisi tewas oleh massa.
Pengacara Trump membantah, kata-kata Trump tidak dimaksudkan untuk menghasut kekerasan dan seluruh pemakzulan hanyalah "memburu tukang sihir" yang dirancang untuk mencegahnya menjabat lagi.
Sidang pemakzulan jarang terjadi. Senat AS bersidang dengan agenda pemakzulan atas seorang presiden hanya empat kali dalam sejarah, sekali untuk Andrew Johnson, sekali Bill Clinton dan sekarang dua kali untuk Trump, satu-satunya presiden yang dua kali dimakzulkan.
Baca Juga: Melania Trump Cemburu dengan Popularitas Jill Biden sejak Jadi Ibu Negara AS
Tidak seperti sidang pemakzulan Trump tahun lalu dalam urusan Ukraina, yang satu ini membawa pukulan emosional seperti terlihat dalam video penyerbuan gedung Capitol.
Pada saat yang sama, persidangan jaksa penuntut memohon kepada para senator bahwa Trump harus dimintai pertanggungjawaban karena dia telah berulang kali menunjukkan bahwa dia tidak memiliki batasan.
"Jika dibiarkan, dia akan menguji lebih lanjut norma-norma perilaku sipil, bahkan saat sekarang dia tidak lagi menjabat sebagai komandan tertinggi,".
"Sidang ini bukan tentang Donald Trump," kata ketua jaksa penuntut, Jamie Raskin, D-Md. "Sidang ini adalah ujian tentang siapa kita."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.