Kompas TV internasional kompas dunia

Dengarkan! Terompet Sangkakala Tertua di Dunia Kembali Ditiup di Prancis Setelah 17.000 Tahun

Kompas.tv - 11 Februari 2021, 11:55 WIB
dengarkan-terompet-sangkakala-tertua-di-dunia-kembali-ditiup-di-prancis-setelah-17-000-tahun
Sangkakala gua Marsoulas. Setelah 17.000 tahun hening dan beberapa dekade terlupakan di sudut sebuah museum di Prancis, sebuah kerang besar yang dimodifikasi oleh leluhur prasejarah orang Eropa menjadi sebuah terompet, kembali ditiup sehingga sekarang kembali terdengar suaranya. (Sumber: AFP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo

PARIS, KOMPAS.TV – Setelah 17.000 tahun hening dan beberapa dekade terlupakan di sudut sebuah museum di Prancis, sebuah kerang besar yang dimodifikasi oleh leluhur prasejarah orang Eropa menjadi sebuah terompet, kembali ditiup sehingga sekarang kembali terdengar suaranya.

Terompet Sangkakala Gua Marsoulas. Klik Untuk Mendengarkan

Terompet cangkang kerang, atau sangkakala itu suara yang mungkin terakhir didengar 17.000 tahun lalu dan kini kembali terdengar sebagai hasil dari penelitian baru yang terbit hari Rabu, (10/02/2021).

Sangkakala atau sangka adalah sejenis alat tiup yang terbuat dari cangkang kerang. Alat tiup ini disebut sangkakala karena bernama sangka dan ditiup secara berkala atau bunyian berkala.

Pada zaman dahulu sangkakala biasa digunakan dalam saat tertentu, seperti untuk meminta perhatian orang banyak atau ketika hendak mulai berperang mengumpulkan prajurit dan banyak yang lain. 

Kalangan peneliti yakin cangkang kerang kuno yang berasal dari spesies siput laut raksasa, dan masih hidup di Laut Utara dan Samudera Atlantik ini, adalah salah satu alat musik tiup tertua yang pernah ditemukan dan masih bisa dimainkan.

Baca Juga: Situs Arkeologi Salah Satu Masjid Tertua Ditemukan Di Tiberias, Dibangun oleh Shurahbil ibn Hasana

Foto Sangkakala yang ditemukan di gua Marsoulas, Prancis, di lokasi gua tersebut. Setelah 17.000 tahun hening dan beberapa dekade terlupakan di sudut sebuah museum di Prancis, sebuah kerang besar yang dimodifikasi oleh leluhur prasejarah orang Eropa menjadi sebuah terompet, kembali ditiup sehingga sekarang kembali terdengar suaranya (Sumber: Gilles Tosello)

Sangkakala itu ditemukan tahun 1931 pada sebuah penggalian arkeologi di pegunungan Pyrenees, di mulut gua Marsoulas. Gua itu sendiri memiliki peninggalan lukisan diding dari masyarakat Magdalenia yang hidup di wilayah itu pada akhir jaman es mencair.

Sungguh sangatlah tua.

Peneliti awalnya menganggap artefak itu tidak memiliki jejak pernah diubah oleh manusia, dan dulu hanya digunakan sebagai gelas minum seremonial.

Setelah ditemukan, kerang itu dibawa ke Museum Sejarah Alam di Toulouse, Prancis, lalu terlupakan disudut gudang museum tersebut.

Penelitian menggunakan teknologi modern menemukan, bukan saja benda itu pernah dimodifikasi manusia, namun bila ditiup, sangkakala itu masih bisa menghasilkan nada.

Bukan hanya satu nada, tapi tiga nada!

Sangkakala itu dalam rangka penelitian ditiup oleh seorang musisi ahli, dan mengeluarkan nada yang dekat dengan nada C, C kres, dan D.

Saat ditiup, sangkakala itu suaranya mencapai 100 desibel pada jarak satu meter.

Lumayan keras juga suaranya.

Baca Juga: Penelitian: Lukisan Gua di Maros Jadi Yang Tertua di Dunia, Berumur 45,500 Tahun

Sangkakala gua Marsoulas. Setelah 17.000 tahun hening dan beberapa dekade terlupakan di sudut sebuah museum di Prancis, sebuah kerang besar yang dimodifikasi oleh leluhur prasejarah orang Eropa menjadi sebuah terompet, kembali ditiup sehingga sekarang kembali terdengar suaranya (Sumber: Haaretz)

“Suara ini adalah sambungan, sambungan langsung ke masyarakat jaman Magdalenia,” tutur Carole Fritz, peneliti utama kerang tersebut yang juga peneliti senior di Pusat Penelitian Saintifik Nasional Prancis.

Carole Fritz menekankan, “Ini sungguh penting karena anda memiliki laut di sebuah gua,” sambil menjelaskan bahwa kerang itu berasal dari Samudera Atlantik, 200km jaraknya dari gua itu.

Alat musik yang lebih tua dari ini memang ada namun alat ini adalah sangkakala tertua di dunia dan mewakili pentingnya lautan bagi orang-orang Magdalenia.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x