RIYADH, KOMPAS.TV - Loujain al-Hathloul, aktivis hak asasi perempuan asal Arab Saudi diperkirakan akan dibebaskan dari penjara pada Kamis (11/1/2021).
Mengutip Aljazeera, Loujain telah menjalani lebih dari 1.000 hari di penjara.
Saudara perempuannya Alia al-Hathloul mengatakan Loujain akan keluar dari penjara sesuai perintah hakim. Namun, Loujain akan tetap menjalani masa percobaan dan tak boleh bepergian ke luar Arab Saudi.
Baca Juga: Arab Saudi Batalkan Vonis Hukuman Mati atas Tiga Pemuda Pemrotes Pemerintah
"Ada potensi pembebasan (Loujain) dari penjara dan dia masih dalam masa percobaan, (masih masuk) larangan bepergian dan menunggu proses banding," kata Alia melalui akun Twitter @LinaAlhathloul, Selasa (9/1/2021).
Pada Desember 2020, pengadilan Arab menjatuhkan vonis lima tahun delapan bulan penjara pada Loujain al-Hathloul atas tuduhan terkait terorisme. Loujain juga masuk dalam daftar larangan pergi ke luar negeri selama lima tahun.
Media lokal melaporkan Loujain dinyatakan bersalah karena tuduhan menghasut perubahan, mendesak agenda negara asing dan menggunakan internet untuk mengganggu ketertiban umum.
Pengadilan menangguhkan sisa hukuman Loujain selama dua tahun dan 10 bulan. Ia rencananya akan bebas pada bulan Maret.
Loujain al-Hathloul, 31, telah ditahan sejak 2018 setelah ditangkap bersama dengan setidaknya selusin aktivis hak perempuan lainnya. Penangkapan mereka dilakukan di bawah penguasa de-facto Putra Mahkota Mohamed bin Salman (MBS).
Baca Juga: AS Cabut Status Houthi Yaman sebagai Teroris, Alasan Kemanusiaan Jadi Penyebabnya
Penangkapannya terjadi hanya beberapa minggu sebelum pencabutan larangan perempuan mengemudi yang telah bertahan selama puluhan tahun. Kebijakan itu turun berkat desakan kelompok aktivis hak perempuan selama bertahun-tahun.
Kasus Al-Hathloul, dan pemenjaraannya selama dua setengah tahun terakhir, telah menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia, anggota Kongres Amerika dan anggota parlemen Uni Eropa.
Media Saudi yang pro-pemerintah mengecap mereka sebagai "pengkhianat". Sementara keluarga Loujain mengatakan, ia mengalami pelecehan seksual dan penyiksaan di penjara.
Organisasi hak asasi ALQST telah menyimpan bukti-bukti penyiksaan dan kekerasan seksual yang dialami al-Hathloul sejak penangkapannya.
Today marks 1000 days that human rights defender @LoujainHathloul has spent in prison for advocating for women's rights in #SaudiArabia.
— ALQST for Human Rights (@ALQST_En) February 8, 2021
Sign this petition calling on the #Saudi authorities to #FreeLoujain immediately and unconditionally. https://t.co/43CxfiZDhs pic.twitter.com/TcZCIP263U
Baca Juga: Hanya Karena Miliki Snapchat, Wanita Arab Saudi Dibunuh dan Dikubur di Gurun
Menurut anggota keluarganya, Loujain beberapa kali mengalami penyiksaan di depan Saud al-Qahtani, bawahan Pangeran Mohammed.
Pengadilan Arab baru-baru ini menolak tuduhan tersebut.
Pelepasan Loujain ini muncul beberapa minggu setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden resmi menjabat. Joe Biden pernah bersumpah akan mengambil sikap yang lebih tegas atas pelanggaran hak asasi manusia Arab Saudi.
Biden mengatakan akan menghentikan dukungan Amerika untuk agenda militer Arab di Yaman. Ia juga mengatakan perang lebih dari enam tahun di Yaman "harus diakhiri".
Para pengamat melihat konflik di Timur Tengah secara luas sebagai konflik proksi antara Arab Saudi dan Iran.
Baca Juga: Joe Biden Putuskan AS Hentikan Dukungan pada Arab Saudi di Perang Yaman
Sebelumnya, otoritas Arab telah membebaskan dua aktivis dengan kewarganegaraan AS. Penahanan dua aktivis itu ditangguhkan sambil menunggu persidangan mereka.
Mereka adalah Bader al-Ibrahim, seorang ahli epidemiologi dan jurnalis, dan Salah al-Haidar, komentator media. Mereka bebas pada Kamis (4/2/2021).
Arab Saudi menerima banyak kritik keras sejak terungkapnya pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Kedubes Arab di Istanbul pada 2018.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.