Meskipun Gunung Everest lebih tinggi 237 meter dibanding K2, para pendaki ahli mengatakan, letak Gunung K2 yang lebih utara di perbatasan Pakistan – China membuatnya lebih tereskpos cuaca buruk. Pendakian di musim dingin terbilang lebih berbahaya lantaran kondisi cuaca tidak bisa ditebak dan bisa berubah dengan cepat sewaktu-waktu.
Baca Juga: Pengakuan Pendaki Sempat Hilang di Gunung Guntur: Bisa Lihat Orang Lain, tapi Dirinya Tak Terlihat
Angin musim dingin di K2 bisa berkecepatan hingga 200 kilometer per jam dan suhu bisa menurun drastis hingga minus 60 derajat Celsius. Pada 2008, 11 pendaki tewas dalam sehari saat mendaki K2, dan insiden ini menjadi salah satu kecelakaan pendakian paling mematikan. Itu sebabnya, K2 kerap dijuluki sebagai “gunung pembunuh”.
Haideri mengatakan, putra Sadpara, Sajid, telah kembali ke base camp dengan selamat setelah regulator tabung oksigennya tidak berfungsi di ketinggian 8.000 meter.
Chhang Dawa Sherpa yang mengepalai perusahaan ekspedisi Seven Summit Treks dan ekspedisi musim dingin, menyebut bahwa selama dua hari pencarian melalui jalur udara, dua helikopter militer yang dikerahkan tidak menemukan jejak para pendaki yang hilang.
Bottleneck, Area Paling Berbahaya di K2
Pada Sabtu siang, kata Sherpa, Sajid melaporkan bahwa ia dan Ali Sadpara sang ayah masih bersama dan dalam keadaan bugar saat mendaki menuju puncak K2. Namun, lantaran regulator tabung oksigennya bermasalah, Sajid harus kembali ke base camp dari lokasi terakhir mereka di area yang dijuluki Bottleneck. Area sempit dengan ketinggian curam ini disebut-sebut sebagai salah satu area yang paling berbahaya di K2.
Namun, kendati paling berbahaya, area Bottleneck terbilang menjadi rute termudah dan tercepat secara teknis untuk mencapai puncak. Kebanyakan pendaki memilih menempuh Bottleneck untuk mempersingkat waktu berada di ketinggian lebih dari 8.000 meter yang kerap disebut sebagai zona kematian. Rute standar pendakian, Abruzzi Spur, juga Cesen dan American, semua melalui Bottleneck untuk mencapai puncak.
Di base camp, Sajid yang yakin ketiganya telah berhasil menggapai puncak K2, menunggu selama lebih dari 20 jam. Namun, manakala tak ada kabar jua, ia pun turun untuk melaporkan hilangnya ayah dan dua rekan pendakinya.
Baca Juga: Dialog: Pendaki Cilik Indonesia Taklukkan Puncak Kilimanjaro
Lewat Twitternya, Sajid Sadpara mengatakan, “Saat itu sekitar jam 11 pagi saat mereka berangkat menuju puncak dan saya yakin mereka sudah mencapai puncak. Mereka mungkin menemui masalah saat dalam perjalanan turun.”
Haideri berharap, keberadaan Sadpara yang terhitung sebagai pendaki berpengalaman, akan membantu dua rekannya dalam menghadapi kondisi cuaca yang esktrim. Sadpara, kata Haideri, telah mendaki 8 puncak gunung tertinggi dunia, termasuk Gunung Everest di Himalaya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.