NEW DELHI, KOMPAS.TV - Kasus Covid-19 di India menunjukkan penurunan drastis jika dibandingkan tahun lalu.
Pada 16 September lalu, India membuat rekor jumlah kasus Covid-19 mencapai 97.894 kasus.
Hanya berselang nyaris 4,5 bulan kemudian, pada 2 Februari, kasus baru Covid-19 menjadi hanya 8.635 kasus.
Baca Juga: Inggris Usir Jurnalis China, Dituduh Terlibat sebagai Mata-Mata
Penurunan ini menjadi begitu signifinak, karena di beberapa negara lainnya mengalami wabah kedua dan bahkan ketiga terkait kasus Covid-19.
“Bukan karena di India tes dilakukan lebih sedikit atau beberapa kasus tak dilaporkan,” ujar ahli Ekonomi Kesehatan dari Universitas Georgetown, Jishnu Das kepada NPR.
“Sempat Naik begitu tinggi, dan kini tiba-tiba hilang begitu saja! Maksud saya, pemanfaatan ICU rumah sakit terus menurun. Setiap indicator mengungkapkan adanya penurunan,” tambah Das.
Baca Juga: Pembaptisan Berujung Tragedi di Rumania, Bayi Berusia Enam Pekan Tewas saat Dibaptis
Beberapa ilmuwan di seluruh dunia mencoba sejumlah teori untuk menjelaskan penurunan drastis kasus Covid-19 di India.
Namun, tak ada yang mampu memberikan data yang jelas. Ahli mengungkapkan tanpa adanya data yang jelas sulit menentukan kenapa penurunan kasus di India begitu drastis.
Terkait penyebab penurunan kasus Covid-19, Times of India mencoba memaparkan sejumlah teori yang menjadi penentu turunnya angka kasus.
Baca Juga: Dituduh Dukung Navalny, Rusia Usir Tiga Diplomat dari Jerman, Swedia dan Polandia
Kesadaran dalam Praktek Pencegahan
Kesadaran dalam melakukan praktek pencegahan seperti mencuci tangan dan menggunakan masker di tempat publik terus digalakan di seluruh negara.
Sejak dari tingkat awal pandemi, Pemerintah India memberikan mandat bagi warganya untuk menggunakan masker di area publik.
Baca Juga: Jamaika Alami Kelangkaan Pasokan Ganja, Petani Mengeluh Namun Regulator Ganja Membantah
Bahkan Perdana Menteri Narendra Modi selalu menggunakannya saat muncul di area publik.
Pemerintah bahkan memberikan denda bagi siapa pun yang tak menggenakan masker.
Iklim di India
Juga beredar mengenai teori iklim di India menjadi penyebab berkurangnya kasus Covid-19.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Susul Pemblokiran Facebok, Militer Kini Blokir Twitter dan Instagram
Iklim di India yang panas dan lembab disebut menjadi tempat yang buruk bagi virus Corona, yang membutuhkan tempat dengan temperatur rendah untuk bisa hidup.
Berdasarkan tinjauan NPR dari ratusan artikel ilmiah, dikatakan iklim yang hangat dan basah disebut mengurangi penyerabaran Covid-19.
Selain itu juga ada penelitian yang mengungkapkan percikan virus Corona tetap mengambah di udara yang dingin dan kering.
Baca Juga: Aparat Jerman Sita 1.700 Bitcoin Tapi Tidak Punya Password dan Gagal Meretasnya. Lalu Bagaimana?
“Ketika udara lembab dan hangat, percikan akan jatuh ke tanah lebih cepat dan membuat penularan menjadi sulit,” ujar Direktur Pusat Dinamika Penyakit Menular Universitas Pennsylvania, Elizabeth McGraw.
Pelacakan Kontak yang Efektif
Berdasarkan survey yang dilakukan Negara Bagian Punjab, ditemukan 76 persen pasien tidak menularkan lebih dari satu orang.
Baca Juga: Perbudakan Seks Terbongkar di Australia, Gadis-Gadis Muda Dibius dan Dipaksa Jadi PSK
Secara keseluruhan, hanya 10 persen kasus yang bertanggung jawab pada 80 persen penyebaran di negara bagian tersebut.
Kekebalan yang Sudah Ada Sebelumnya
Sebelum Covid-19 merambah India, sejumlah penyakit seperti Malaria, Demam Berdaran Dengue, Tipus, Hepatitis dan Kolera telah mendera negara itu.
Sejumlah ahli berspekulasi wabah dari penyakit-penyakit tersebut diyakini meningkatkan imunitas dari populasi keseluruhan.
Baca Juga: Viral, Foto Monyet yang Sedang Bekerja di Universitas saat Tengah Libur
Laporan mengungkapkan negara dengan pendapatan menengah dan rendah serta memiliki minimnya akses fasilitas kesehatan, kebersihan dan sanitasi memiliki jumlah kematian Covid-19 per kapita lebih rendah.
Demografi Usia Muda
Populasi usia di India hanya ada 6 persen yang berada di atas 65 tahun. Lebih dari setengah populasi di sana berusia 25 tahun ke bawah.
Virus Covid-19 diyakini memiliki dampak yang tak terlalu berbahaya bagi puulasi usia muda.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.