Meski seorang miliuner Rusia, Arkady Rotenberg mengaku dirinya pemilih rumah mewah tersebut, hal itu tak langsung begitu saja dipercaya warga Rusia.
Felsthinsky menilai, Putin sendiri merasa jika perlu dirinya bisa bertindak brutal demi mempertahankan posisinya.
Dia merasa jika melonggarkan cengkeramannya, kematiannya akan berakhir pahit seperti yang dialami Gadaffi.
Baca Juga: Macron Curiga dengan Vaksin Covid-19 dari China, Ingatkan Risikonya
Feltshinky pun mengungkapkan bahwa Putin terobsesi menonton video pembunuhan Ghadaffi yang dikeroyok banyak orang pada 2011 setelah sempat ditembak.
“Dia cukup pintar untuk tahu pada situasi normal, sistem pemerintahannya tak akan ada, Dia bukan sosok yang idealis. Dia tahu dirinya tak akan selamat, kecuali terus menekan rakyatnya,” ujar Feltshtinsky dikutip dari Daily Star.
“Pelajaran yang didapat Putin setelah kejadian baru-baru ini, dia harus lebih bisa mengontrol serta lebih menekan. Itulah yang akan kita lihat,” tambahnya.
Baca Juga: Lakoni Operasi Hidung demi Dongkrak Karier, Artis Cantik Ini Malah Mendapat Mimpi Buruk
Gadaffi merupakan diktator Libya yang berkuasa sebagai presiden di negara Afrika itu sejak 1977 hingga 2011.
Setelah kekuasaannya runtuh karena perang saudara, Gadaffi ditangkap dari persembunyiannya di Sirte, dan kemudian disiksa oleh sejumlah orang yang kemudian menyebabkan kematiannya.
Semasa kepemimpinannya Gadaffi disebut kerap menekan pihak oposisi serta rakyatnya, yang kemudian menyebabkan terjadinya pemberontakan dan perang saudara.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.