JAKARTA, KOMPAS.TV – Militer Myanmar, atau Tatmadaw, telah mengambil lih kendali negara dan menerapkan status darurat selama satu tahun ke depan.
Penasihat negara Aung San Suu Kyi, presiden, dan jajaran pemimpin pemerintahan dilaporkan sudah berada dibawah tahanan militer.
Wakil Presidne Myint Swe ditunjuk menjadi penjabat presiden dan militer memberlakukan status darurat selama satu tahun sekaligus akan menggelar pemilu baru.
Belum diketahui bagaimana nasib dan nyawa para pemimpin demoratis Myanmar tersebut, dan apakah pemerintahan yang digulingkan dapat kembali ikut pemilu.
Berikut ini kemungkinan alasan-alasan kenapa Tatmadaw mengambil alih kekuasaan di Myanmar, seperti dilansir dari Associated Press, Senin, (01/02/2021)
Baca Juga: Militer Lakukan Kudeta di Myanmar, Bagaimana Situasi di Sana? Ini Selengkapnya
Konstitusi Myanmar
Pengumuman Tatmadaw melalui stasiun TV militer Myawaddy TV mengutip pasal 417 konstitusi negara, yang mengizinkan militer mengambil alih pada situasi darurat.
Dalam pengumuman tersebut, militer mengatakan dua alasan, yaitu krisis Covid-19 dan kegagalan pemerintah untuk menunda pemilu November kemarin sebagai ‘situasi darurat’ yang membuat militer mengambil alih negara.
Kaum militer menyusun konstitusi itu tahun 2008 dan menjaga kekuasaan berdasarkan konstitusi tersebut, menindas (prinsip) pemerintahan sipil yang demokratis.
Konstitusi juga mencadangkan posisi-posisi kunci di kabinet, serta 25 persen kursi parlemen untuk militer, sehingga membatasi kekuasaan pemerintahan sipil serta menihilkan kemungkinan untuk merubah konstitusi tanpa dukungan militer.
Beberapa pakar bingung kenapa militer menggadaikan posisi mereka yang sangat kuat di status quo saat ini, namun sebagian pihak melihat kemungkinan salah satu sebabnya adalah masa pensiun penguasa militer Jenderal Min Aung Hlaing yang akan tiba sebentar lagi.
Hlaing menjadi pucuk pimpinan tertinggi Tatmadaw sejak 2011.
Peneliti hubungan sipil-militer Myanmar, Kim Jolliffe, melihat,”tampaknya ada politik internal militer yang agak buram,” seraya menambahkan, Ini mungkin mencerminkan dinamika, semacam kudeta internal dan cara dia (Hlaing) mempertahankan kekuasaan di internal militer.
Tatmadaw menugaskan Wakil Presiden Myint Swe, seorang mantan jenderal sekutu dekat mantan penguasa militer Myanmar, Than Shwe, menjadi penjabat presiden selama satu tahun ke depan.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Telepon, Radio dan TV Terputus, Warga Indonesia Diminta KBRI untuk Tetap di Rumah
Pemilihan Umum
Pada pemilu November lalu, partai yang dipimpin Aung San Suu Kyi meraih 138 kursi atau 61,6 persen di majelis tinggi dan 258 kursi atau 58,6 persen di majelis rendah parlemen, yang dipastikan oleh KPU Myanmar.
Tidak lama setelah pengumuman tersebut, kubu militer langsung melancarkan tuduhan terjadinya kecurangan pemilu secara meluas.
Militer terutama menuding kejanggalan daftar pemilih di 314 township atau daerah setara kecamatan, dimana pemilih mencoblos lebih dari satu surat suara atau melakukan tindak pelanggaran pemungutan suara.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.