Suu Kyi mulai memasuki politik di Myanmar pada 1988 dengan terus menerukan gerakan pro-demokrasi di tengah kepemimpinan otoriter junta militer.
Suu Kyi juga kemudian mendirikan NLD yang kini menjadi partai penguasa di Myanmar.
Baca Juga: Polisi Rusia Tangkap 4.700 Orang dalam Demo Menuntut Pembebasan Navalny, Termasuk Istri Navalny
Sadar bahaya yang bisa ditimbulkan olehnya, junta militer Myanmar pun menangkap Suu Kyi pada 1989 dan menempatkanya pada tahanan rumah di Rangoon.
Penangkapan itu dilakukan di bawah hukum darurat militer, sehingga diperbolehkan adanya penahanan tanpa persidangan.
Suu Kyi kala itu ditahan selama tiga tahun. Sempat dibebaskan pada 1995, Suu Kyi kembali dikenakan tahanan rumah pada September 2000.
Baca Juga: Dikritik Karena Tak Berbagi Vaksin, Akhirnya Israel Setuju Berikan Vaksin Pada Palestina
Dia kemudian dibebaskan pada Mei 2002, setelah 19 bulan ditahan. Meski begitu, sebuah serangan kepada dirinya pada 2003, membuat banyak pendukungnya tewas dan terluka.
Suu Kyi yang berhasil selamat akhirnya kembali ditahan pihak Junta pada tahun yang sama dan menjalani hukuman hingga dibebaskan pada November 2010.
Meski begitu, perjuangan Suu Kyi demi demokrasi di negaranya menghasilkan banyak penghargaan termasuk hadiah Nobel.
Baca Juga: Ribuan Orang Berkumpul Dalam Pemakaman Rabbi di Yerusalem, Protokol Kesehatan Diabaikan
Namun, nama baik Suu Kyi tercoreng setelah dugaan genosida yang dilakukan Pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Suu Kyi terkesan tak peduli dengan hal itu. Masalah tersebut membuatnya dihujat dan sejumlah penghargaan yang diterima Suu Kyi kemudian dicabut.
Bahkan banyak yang mengkritiknya dan meminta nobel mencabut penghargaannya, meski hal itu kemudian tak terjadi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.