Kompas TV internasional kompas dunia

Ribuan Orang Berkumpul Dalam Pemakaman Rabbi di Yerusalem, Protokol Kesehatan Diabaikan

Kompas.tv - 1 Februari 2021, 05:23 WIB
ribuan-orang-berkumpul-dalam-pemakaman-rabbi-di-yerusalem-protokol-kesehatan-diabaikan
Ribuan warga Yahudi ultra-Ortodoks menghadiri pemakaman rabbi terkemuka Meshulam Soloveitchik, di Yerusalem, Minggu, 31 Januari 2021. Upacara massal itu tetap berlangsung meskipun peraturan kesehatan Israel melarang pertemuan publik besar-besaran selama lockdown nasional untuk menekan penyebaran virus. (Sumber: AP / Ariel Schalit)
Penulis : Tussie Ayu

Israel baru-baru ini mencatat rata-rata lebih dari 6.000 kasus virus corona yang terkonfirmasi setiap hari. Jumlah ini merupakan salah satu tingkat infeksi tertinggi di negara berkembang. Pada saat yang sama, Israel telah memvaksinasi lebih dari 3 juta warganya, juga salah satu tingkat per kapita tertinggi di dunia.

Pakar kesehatan mengatakan perlu beberapa minggu bagi vaksin untuk bisa bekerja dan berdampak pada berkurangkan tingkat infeksi dan rawat inap. Karena itu, pada hari Minggu (31/1/2021), Kabinet Israel bertemu dan akan memperpanjang lockdown nasional selama seminggu lagi.

Pemerintah memberlakukan pembatasan pergerakan, penutupan sekolah dan penutupan bisnis yang tidak penting pada bulan lalu, dalam upaya untuk menekan pandemi Israel yang tak terkendali.

Jumlah kasus virus corona Israel sebagian besar terjadi dalam minoritas Yahudi ultra-Ortodoks negara itu. Komunitas ini sangat relijius dan membentuk sekitar 11% dari 9,2 juta warga Israel. Komunitas Yahudi ultra-Ortodoks ini telah menyumbang sekitar 40% dari kasus baru di Israel.

Banyak sekte Yahudi ultra-Ortodoks tetap membuka sekolah, seminari, dan sinagog, serta mengadakan pernikahan massal dan pemakaman yang melanggar aturan lockdown. Dalam aturan ini, seharusnya sekolah dan bisnis harus ditutup untuk menekan tingkat penyebaran virus.

Beberapa minggu terakhir ini telah terjadi bentrokan antara komunitas Yahudi ultra-Ortodoks yang melanggar aturan dan polisi mencoba menertibkannya.

Para pemimpin Yahudi Ultra-Ortodoks mengatakan mereka telah diperlakukan secara tidak adil dan berpendapat bahwa pemimpin sekuler di negara itu tidak memahami pentingnya doa dan studi agama di komunitas mereka.

Baca Juga: Massa Lanjut Demo Tuntut PM Israel Benjamin Netanyahu Mengundurkan Diri

Mereka mengklaim pelanggaran hukum yang terjadi adalah bagian kecil dari komunitas mereka yang beragam, dan menyalahkan kondisi kehidupan yang padat untuk wabah tersebut.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah lama mengandalkan partai Yahudi ultra-Ortodoks untuk mendapatkan dukungan. Para kritikus politik mengatakan, Netanyahu menolak untuk memusuhi sekutunya menjelang pemilihan umum yang akan berlangsung.

Tanpa dukungan Yahudi ultra-Ortodoks, akan sangat sulit bagi Netanyahu untuk membentuk koalisi pemerintahan - terutama saat ia mencari kekebalan dari pengadilan korupsi yang sedang berlangsung.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x