NEW YORK, KOMPAS.TV - Saat ini di dunia, banyak beredar varian virus Covid-19 di tengah-tengah masyarakat, baik yang sudah diketahui para ahli maupun yang belum. Bagi kalangan pakar kesehatan dan pandemi dunia utamanya saat ini ada varian virus Covid-19 yang bikin kuatir, seperti dilansir dari Associated Press, Jum'at (29/01/2021)
Saat virus Covid-19 menginfeksi manusia, virus itu bisa bermutasi seperti dia menggandakan dirinya. Beberapa mutasi, atau perubahan dapat membuat virus itu mati, atau justru membuat virus hasil mutasi itu makin mudah menular dan kerap makin mematikan.
Seorang ahli penyakit menular di Universitas Yale, Mary Petrone, seperti dikutip Associated Press mengatakan, "Virus terkadang beruntung (bisa bermutasi),"
Baca Juga: Virus Varian Baru dari Inggris Kemungkinan Lebih Mematikan!
Memantau perkembangan varian virus yang muncul adalah penting, karena mereka bisa membuat vaksin maupun regimen pengobatan menjadi kurang efektif atau bahkan mengubah cara virus menginfeksi manusia.
Sebuah mutasi virus di awal-awal pandemi memicu penyebaran virus tersebut ke seluruh dunia, cukup lama tidak ada perubahan atau mutasi, hingga mutasi virus yang signifikan terjadi baru-baru ini, tutur Daniel Jones, seorang ahli biologi dari Ohio State University.
Satu antara tiga varian virus yang saat ini dipantau ketat para pakar adalah yang ditemukan di Inggris akhir tahun lalu dan saat ini sudah terdeteksi di lusinan negara.
Baca Juga: Khawatirkan Virus Varian Baru dari Brasil, Inggris Larang Penerbangan dari Brasil dan Portugal
Pejabat kesehatan berbagai negara awalnya mengatakan mutasi virus yang terjadi di Inggris itu tampaknya tidak membuat pandemi bertambah parah, namun beberapa informasi terbaru menunjukkan potensi yang sebaliknya.
Virus yang bermutasi di Inggris itu terlihat lebih mudah menular, yang konsekuensinya ya lebih banyak orang harus masuk rumah sakit dan pada saat yang sama potensi kematian akan lebih tinggi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat berhitung, varian virus Covid-19 itu kemungkinan besar akan menjadi varian yang dominan di Amerika Serikat pada bulan Maret nanti.
Baca Juga: Jepang Temukan Virus Corona Varian Baru, Berbeda dengan Jenis yang Ditemukan di Inggris
Varian lain dari virus Covid-19 yang terdeteksi pertama kalinya di Afrika Selatan dan Brazil juga tampak jauh lebih gampang menular, demikian menurut para pakar.
Sejauh ini data menunjukkan vaksin yang ada sekarang masih bisa melindungi dari varian-varian baru virus Covid-19 itu. Walau begitu ada kekuatiran bahwa keefektifan vaksin yang ada akan berkurang dalam menghadapi varian-varian baru tersebut.
Para ilmuwan melaporkan tanda-tanda meresahkan bahwa beberapa mutasi virus Covid-19 baru-baru ini dapat membatasi keefektifan setidkanya dua vaksin yang ada saat ini, meskipun mereka menekankan vaksin yang ada tetap masih mampu melindungi dari penyakit.
Baca Juga: AS Tutup Pintu Untuk Warga dari 30 Negara Ini Demi Cegah Penyebaran Varian Baru Virus Covid-19
Para peneliti mengungkapkan keprihatinan tentang temuan awal mereka, yaitu kemungkinan bahwa mutasi di masa depan dapat merusak vaksin.
Penelitian tersebut menguji mutasi virus Corona dari Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil, dipimpin oleh Universitas Rockefeller di New York bersama para ilmuwan dari National Institutes of Health.
Sementara itu, ada beberapa bukti ilmiah yang menunjukkan beberapa perawatan antibodi juga kurang efektif menghadapi beberapa varian virus Covid-19 tertentu.
Baca Juga: Sudah Selesai Karantina di Wuhan, Tim Peneliti WHO Mulai Selidiki Asal-Usul Virus Covid-19
Ada banyak jalan menyesuaikan vaksin dan perawatan untuk menjaga keefektifan mereka, tutur Dr. Anthony Fauci, ahli yang dituakan para pakar penyakit menular di Amerika Serikat.
Munculnya berbagai varian itu dikaitkan dengan lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi sekarang ini, musababnya, peristiwa infeksi memberi kesempatan bagi virus untuk bermutasi dan menyebar.
Itulah kenapa banyak sekali pakar selalu menekankan pentingnya menggunakan masker dan selalu menjaga jarak.
Kenapa? "Makin sedikit manusia yang membawa-bawa virus (di badannya), maka makin sedikit kemungkinan virus itu mendapat kesempatan untuk bermutasi," tutur Daniel Jones.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.