“Saya melakukan ini setiap malam dan tempat saya selalu duduk di pojok dalam dimana mereka menemukan jasad putri saya, dan mungkin dia selalu di sana seolah berbicara kepada saya untuk istirahat atau mendengarkan. Saya tak tahu,” tambahnya.
Menurut penuturan Kejaksaan Kolombia, Lynda Michelle Amaya keluar rumahnya untuk bersepeda pada 17 November.
Baca Juga: Studi: Tingkat Bunuh Diri di Jepang Melonjak 16% pada Gelombang Kedua Serangan Covid-19 Lalu
Saat itu, dia dirampok dan telepon genggamnya diambil. Namun, dia optimistis bisa menemukan telepon genggamnya.
Pada 30 November, dia mengatakan kepada sang ibu akan pergi ke jalan utama, di mana sudah biasa membeli telepon genggam curian.
Namun, sehari kemudian jasadnya telah ditemukan di dalam sebuah bangunan kumuh.
Baca Juga: Jumlah Kematian Covid-19 Terbanyak Kedua Dunia Setelah AS, Brasil Belum Juga Mulai Vaksinasi
Menurut Kejaksaan Kolombia, pemimpin geng lokal yang diketahui bernama Tazmania, memerintahkan untuk menculik Lynda Michelle Amaya.
Dia dipukuli dan ditusuk sebelum pelaku meletakkan tubuhnya ke dalam tas hitam.
Amaya yang mencari putrinya sempat mendengar ditemukan jasad seorang gadis di gedung terlantar di San Bernardo dan sempat mendatangi kantor pemeriksa medis setrempat.
Baca Juga: Inilah Agenda Aksi Joe Biden di Hari-Hari Pertama Sebagai Presiden Amerika Serikat
Tapi mereka menjelaskan bahwa itu bukan putrinya. Namun, mereka tak pernah meminta DNA-nya, karena mengungkapkan korban berusia antara 19 hingga 23 tahun.
Kakek Lynda Michelle Amaya, Nelson Amaya mengungkapkan pihak geng sempat meminta tebusan jika mau cucunya kembali dengan selamat.
Baru pada 1 Januari lalu, Nathalie Amaya menyadari bahwa putrinya yang hilang sudah berada di kamar mayat setempat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.