KAIRO, KOMPAS.TV - Bentrokan antara warga Arab dan non-Arab di Darfur Barat Sudan telah menewaskan sedikitnya 32 orang, menurut seorang pejabat medis setempat, ketika otoritas Sudan memberlakukan jam malam sepanjang waktu di provinsi tersebut.
Darfur tetap terluka oleh perang setelah pemberontakan tahun 2000-an ditumpas secara brutal.
Kekerasan terbaru terjadi dua minggu setelah Dewan Keamanan PBB mengakhiri mandat pasukan penjaga perdamaian gabungan PBB-Uni Afrika di wilayah tersebut.
Salah Saleh, seorang dokter dan mantan direktur medis di rumah sakit utama di ibu kota provinsi Genena, mengatakan bentrokan itu melukai sedikitnya 79 lainnya.
“Mengerikan,” katanya. “Sampai sekarang, orang tidak dapat menjangkau rumah sakit mana pun.”
Baca Juga: PBB Tuntaskan Penarikan Pasukan Perdamaian Dari Darfur Sudan Bulan Juni Nanti
Salah memperingatkan jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi.
Kekerasan meletus hari Jumat (15/01/2021) di Genena, ketika seorang pria Arab ditikam sampai mati di sebuah pasar di kamp pengungsi Krinding, kata pekerja bantuan al-Shafei Abdalla kepada The Associated Press. Dia mengatakan tersangka telah ditangkap.
Pada hari Sabtu (16/01/2021), keluarga orang yang meninggal itu yang berasal dari dari suku Arab Rizeigat menyerang kamp Krinding, membakar sebagian besar rumahnya, kata Abdalla.
Gubernur Mohammed Abdalla al-Douma mengatakan pemerintah akan memberlakukan jam malam mulai Sabtu (16/01/2021) yang akan mencakup penutupan semua pasar dan larangan pertemuan di seluruh provinsi.
Baca Juga: Banjir Besar Melanda Sudan Selatan, 117.000 Warga Kena Dampak
Al-Douma memberikan mandat kepada pasukan keamanan dan tentara untuk menggunakan kekuatan guna mengendalikan situasi, menurut salinan dekrit yang diperoleh The Associated Press.
Kantor perdana menteri di Khartoum mengatakan dalam sebuah pernyataan, sebuah delegasi tingkat tinggi yang dipimpin oleh jaksa tertinggi negara itu akan menuju ke Genena "untuk mengambil tindakan yang diperlukan" dan membangun kembali stabilitas di Darfur Barat.
Pernyataan itu tidak memberikan informasi tentang korban jiwa dari bentrokan tersebut.
Adam Regal, juru bicara organisasi setempat yang membantu mengelola kamp pengungsi di Darfur, berbagi rekaman yang menunjukkan rumah dan properti yang terbakar di kamp Krinding setelah serangan hari Sabtu.
Baca Juga: Umumkan Israel dan Sudan Sepakat Lakukan Normalisasi Hubungan, Trump Sempat Ejek Biden
Video tersebut menyertakan gambar orang-orang yang terluka dengan pakaian berlumuran darah. Rekaman itu juga menunjukkan wanita dan anak-anak membawa barang-barang mereka, yang diduga melarikan diri dari bentrokan di kamp.
Darfur Barat adalah tempat bentrokan mematikan lebih dari setahun yang lalu antara orang Arab dan non-Arab yang menewaskan sedikitnya 54 orang dan membuat sekitar 40.000 orang mengungsi, dengan ribuan orang menyeberang ke negara tetangga Chad.
Bentrokan tersebut merupakan tantangan signifikan bagi upaya pemerintah transisi Sudan untuk mengakhiri pemberontakan selama puluhan tahun di beberapa wilayah negara tersebut.
Negara ini berada di jalan setapak yang rapuh dalam upaya menuju demokrasi setelah pemberontakan rakyat yang menyebabkan militer menggulingkan Omar al-Bashir pada April 2019.
Saat ini Sudah diperintah oleh pemerintahan sipil-militer.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.