Kompas TV internasional kompas dunia

Korban Meninggal Akibat Covid-19 di Dunia Tembus 2 juta orang

Kompas.tv - 16 Januari 2021, 06:05 WIB
korban-meninggal-akibat-covid-19-di-dunia-tembus-2-juta-orang
Dalam file foto 17 Desember 2020 ini, para pelayat menghadiri pemakaman seorang wanita yang meninggal karena COVID-19 di sebuah pemakaman di pinggiran kota Ghaemshahr, di Iran utara. Jumlah kematian global akibat COVID-19 telah mencapai 2 juta orang (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Penulis : Edwin Shri Bimo

DUNIA, KOMPAS.TV - Pandemi Covid-19 akibat virus Corona sudah merampas 2 juta nyawa di seluruh dunia hari Jum'at (15/01/2021) saat vaksin yang dikembangkan dan dibuat dengan kecepatan luar biasa mulai hadir di penjuru dunia.

Upaya vaksinasi mulai dijalankan di berbagai negara, berupaya memberi suntikan pertama vaksin kepada sebanyak mungkin orang, adu balap dengan maut virus Covid-19 terus mengambil nyawa. 

Tonggak mengerikan itu dicapai hanya satu tahun setelah virus corona pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China. 

Jumlah total korban meninggal, yang dikompilasi oleh Johns Hopkins University, kira-kira sama dengan jumlah penduduk Brussel di Belgia, atau Makkah di Arab Saudi, atau Minsk di Rusia, atau Vienna di Austria.

Angkanya kurang lebih sama dengan jumlah penduduk sebuah kota, ekuivalen dengan jumlah penduduk di pusat kota Cleveland Amerika Serikat, atau seluruh negara bagian Nebraska, sebagai perbandingan.

Baca Juga: Terus Melonjak, Kini China Rawat Lebih Dari 1.000 Orang Karena Covid-19

Pada 14 Januari 2021 ini, petugas kesehatan membawa vaksin COVID-19 saat vaksinasi di sebuah rumah sakit di Bali, Indonesia. Korban tewas global akibat COVID-19 telah mencapai 2 juta. (Sumber: AP Photo/Firdia Lisnawati, File) 

Sementara perhitungan tersebut berdasarkan data dan angka yang dilaporkan pemerintahan di seluruh dunia, angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi, sebagian karena tes yang tidak mencukupi dan banyaknya korban meninggal yang dicatat karena sebab lain, terutama di masa-masa awal pandemi. 

Dunia membutuhkan waktu delapan bulan untuk mencapai 1 juta korban meninggal, dan hanya kurang dari empat bulan untuk mencapai satu juta berikutnya. 

"Di belakang angka mengerikan ini ada nama, ada wajah, ada kisah, ada senyum. Ada kenangan disana. Ada sebuah kursi makan yang akan selamanya kosong ditinggalkan, di ruang yang menggemakan keheningan dan kesedihan mereka yang ditinggalkan," tutur Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres seperti dikutip Associated Press (16/01/2021)

Guterres menambahkan, semua itu "menjadi lebih buruk karena tiadanya upaya global yang terkoordinasi,"

"Ilmu pengetahuan berhasil, namun kesetiakawanan gagal," kata Guterres

Dalam file foto 6 Januari 2021 ini, pekerja pemakaman membawa jasad Abilio Ribeiro yang berusia 89 tahun, yang meninggal karena virus corona, untuk dikuburkan di pemakaman Nossa Senhora Aparecida di Manaus, negara bagian Amazonas, Brasil. Jumlah kematian global akibat COVID-19 telah mencapai 2 juta. (Sumber: AP/Edmar Barros, File)

Ini Bukan Permainan

"Jumlah kematian sungguh-sungguh mengerikan," tutur Dr. Ashsi Jha, pakar pandemi dan dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Brown University. Pada saat yang sama, tuturnya, "komunitas ilmiah kita sudah meraih prestasi kerja yang luar biasa,"

Negara kaya seperti Amerika Serikat, Inggris, Israel, Kanada, dan Jerman, jutaan warga sudah mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19, yang diberikan secepat kilat setelah proses persetujuan yang lebih cepat lagi. 

Namun di lain tempat, vaksinasi bahkan masih diatas kertas. Banyak pakar yang memprediksi, kursi makan dan sisi tempat tidur itu akan makin banyak kosong di keheningan di negara-negara seperti Iran, India, Meksiko dan Brazil, yang bila digabungkan akan berjumlah seperempat dari seluruh korban meninggal di dunia.

"Sebagai sebuah negara, sebagai bagian dari masyarakat, sebagai warganegara, kita betul-betul belum mengerti," tutur Israel Gomez, seorang paramedik yang sudah berbulan-bulan mengantar pasien Covid-19 dengan ambulans, berupaya sekuat tenaga mencari tempat tidur yang tersisa di rumah sakit yang ada,"Kita belum paham bahwa ini bukanlah permainan, tapi ini betul-betul nyata,"

Baca Juga: Target Vaksinasi Selesai Dalam 15 Bulan, IDI: Dengan Kerja Keras dan Ketersediaan Vaksin

Dalam file foto 6 Januari 2021 ini, Maria Amelia, kanan, memeluk keponakannya Flaviana Silva melalui pembatas plastik saat berkunjung ke panti jompo Casa Clara di Brasilia, Brasil. Jumlah kematian global akibat COVID-19 telah mencapai 2 juta. (Sumber: Foto AP/Eraldo Peres, File)

Meksiko yang berpenduduk 130 juta orang sudah menerima setengah juta dosis vaksin, dan baru berhasil memberi kurang dari setengah jumlah itu kepada tenaga medis garis depan mereka.

Kenyataan itu sangat kontras dibanding tetangga mereka di utara, Amerika Serikat. Terlepas dari hari dan bulan sebelumnya, sudah ratusan ribu orang menyingsingkan lengan baju untuk mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19, di negeri dimana virus Corona sudah menjadi malaikat maut bagi 390,000 warganya. Jumlah tertinggi di dunia. 

Sejauh ini, sudah lebih dari 35 juta dosis vaksin berbagai jenis yang disuntikkan di berbagai negara, seperti dicatat Universitas Oxford, Inggris. 

Baca Juga: Tingkatkan Target Produksi Vaksin, Pfizer Kurangi Pengiriman Vaksin ke Eropa

Dalam file foto 8 Januari 2021 ini, seorang perawat, Ines menerima vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di pusat vaksin virus corona di Poissy, Prancis. Jumlah kematian global akibat COVID-19 telah mencapai 2 juta. (Sumber: Foto AP/Christophe Ena, File)

Sementara vaksinasi di negara-negara kaya dihiasi antrian mengular untuk mendapat vaksin, dan diwarnai sedikit kekurangan disana-sini, halangan menghadang seperti gunung bagi negara-negara yang lebih miskin, dimana mereka memiliki sistem kesehatan yang lemah da dihiasi oleh buruknya transportasi, maraknya korupsi, dan kurangnya suplai listrik untuk menjaga suhu vaksin. 

Saat ini, mayoritas dosis vaksin Covid-19 sudah dilahap negara-negara kaya. Covax, sebuah proyek yang didukung BB untuk menyediakan vaksin bagi negara-negara miskin dan berkembang, saat ini kekurangan vaksin, kekurangan uang, dan kekurangan bantuan logistik. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x