Lebih lanjut Lowcock menyebut, Yaman mengimpor 90% makanan mereka, yang hampir seluruhnya dibeli melalui jaringan komersial, sehingga pengiriman bantuan tidak akan mencukupi untuk mencegah kelaparan.
“Badan pemberi bantuan memberi bantuan berupa kupon atau uang tunai untuk membeli makanan impor di pasar. Badan pemberi bantuan tidak dapat – dan mereka memang tidak bisa – mengubah sistem impor komersil yang ada,” terangnya.
Enam tahun dilanda perang antara koalisi Arab yang didukung AS dan pemberontak Houthi telah menjadi bencana besar bagi Yaman. Perang itu menewaskan lebih dari 112.000 orang dan menghancurkan infrastruktur dari jalan raya dan rumah sakit hingga jaringan listrik dan air. Perang dimulai saat kelompok Houthi mengambil alih daerah utara pada 2014, yang memicu serangan udara balasan yang mematikan oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang hendak mempertahankan pemerintahan yang diakui dunia internasional.
Baca Juga: Serangan Rudal di Bandara Aden, PM Yaman: Usaha Menghancurkan Pemerintahan
Kelompok Houthi, yang menerima bantuan keuangan dan militer dari Iran, menguasai ibukota dan kawasan utara Yaman tempat mayoritas rakyat Yaman tinggal, hingga memaksa kelompok-kelompok pemberi bantuan internasional bekerja sama. Badan-badan pemberi bantuan ini bergantung pada orang-orang Houthi untuk mengirimkan bantuan mereka, dan mereka pun membayar gaji pada kelompok Houthi agar bantuan mereka mencapai sasaran.
Keputusan AS menyatakan kelompok Houthi sebagai organisasi teroris asing merupakan bagian dari upaya lebih lanjut pemerintahan Trump untuk mengisolasi dan melumpuhkan Iran. Keputusan itu juga menunjukkan dukungan bagi sekutu terdekat AS, Arab Saudi, yang memimpin koalisi anti-Houthi dalam perang. Arab Saudi menganjurkan keputusan AS tersebut, berharap bahwa keputusan tersebut akan memaksa kelompok pemberontak Houthi untuk mencapai kesepakatan damai. Serangkaian pembicaraan damai dan kesepakatan gencatan senjata sebelumnya telah gagal.
Lowcock menyatakan bahwa PBB telah mengadakan pembicaraan dengan para pedagang komersial saat AS pertama kali mengungkapkan kemungkinan menyatakan kelompok Houthi sebagai teroris. Dalam kesempatan itu, para pedagang komersial menyatakan tidak yakin akan dapat terus mengimpor makanan.
Baca Juga: Bantah Berikan Ancaman Mati pada Donald Trump, Iran: Cara Pengecut Itu Mereka yang Gunakan
Pasca pengumuman keputusan AS tersebut, ujar Lowcock, perusahaan-perusahaan Yaman yang membawa masuk makanan impor melukiskan keputusan tersebut sebagai ‘bencana, malapetaka yang tidak terbayangkan’.
Ia menambahkan, “Pemasok global, bankir, pengirim dan penjamin bagi perusahaan-perusahaan Yaman sangat menghindari risiko dan beberapa dari mereka kini menelpon mitra Yaman mereka dan mengatakan bahwa mereka berniat meninggalkan Yaman sama sekali.”
Baca Juga: Iran Luncurkan Misil dalam Latihan Militer, Amerika Kebakaran Jenggot
“Menurut mereka, risiko-risikonya terlalu tinggi,” kata Lowcock. “Mereka takut secara tidak sengaja atau malah terjebak dalam regulasi AS yang akan membuat usaha mereka bangkrut atau masuk penjara.”
Beberapa berharap, lanjut Lowcock, dapat terus berbisnis. Namun, bilapun bisa, “Prediksi kasus terbaik mereka adalah, biaya bisa naik hingga 400 persen, dan ini terlalu mahal bagi para importir untuk tetap berbisnis dan terlalu mahal bagi rakyat Yaman untuk membeli makanan.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.