WASHINGTON, KOMPAS TV - Boeing mengakui staf mereka menyesatkan regulator penerbangan tentang keamanan pesawat 737 Max yang mengakibatkan jatuhnya dua pesawat yang menewaskan ratusan penumpang, dan memastikan akan membayar 2,5 miliar dollar AS untuk menyelesaikan penyelidikan Kementerian Kehakiman AS, demikian dilansir Associated Press Jum'at (08/01/2020).
Pemerintah AS dan Boeing satu hari sebelumnya mengatakan pembayaran itu termasuk untuk keluarga korban 737 Max yang jatuh, konsumen maskapai, dan denda.
Dari Indonesia, keluarga dari dua korban jatuhnya 737 Max 8, almarhum Muhammad Rafi Ardian dan almarhum Rian Ariandi mengungkapkan harapan agar kasus yang melibatkan Boeing ini segera selesai dan tidak ada lagi pesawat yang jatuh.
Baca Juga: Boeing 737 Max Kembali Mengudara di Langit Amerika, Pertama Kalinya Membawa Penumpang
Mereka berdua diatas berada diantara 189 orang yang tewas pada 29 Oktober 2018, saat Boeing 737 Max Lion Air jatuh ke Laut Jawa akibat kesalahan pembuat pesawat, Boeing.
"Kita sekarang sudah memasuki tahun ketiga, jadi, ini dapat meringankan beban psikologis keluarga korban setelah proses hukum di Amerika Serikat selesai," tutur Anton Sahadi.
"Proses mediasi yang berlarut-larut cukup membuat trauma," tambah Sahadi
Jaksa di Amerika Serikat mengatakan, pegawasi mereka memberi pernyataan yang menyesatkan dan setengah benar kepada Badan Pengatur Penerbangan Federal FAA tentang masalah keamanan pesawat, kemudian mereka menutup-nutupi tindakan mereka itu.
"Pegawai Boeing memilih jalan ambil untung dibanding kebaikan," tutur David Burns, pelaksana asisten jaksa untuk divisi kriminal kementerian kehakiman.
Baca Juga: Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa EASA: Boeing 737 Max Aman
Boeing menyalahkan dua mantan pilotnya yang membantu memutuskan berapa lama pelatihan yang dibutuhkan untuk menerbangkan 737 Max.
Pemimpin tertinggi Boeing David Calhoun mengatakan perilaku mereka tidak mencerminkan perilaku seluruh staf Boeing dan tidak mencerminkan karakter perusahaan.
"Ini adalah penyelesaian penting untuk masalah yang sangat serius, dan saya sangat yakin melakukan kesepakatan ini adalah tindakan yang benar - sebuah langkah yang secara tepat mengakui bagaimana kita gagal memenuhi nilai dan harapan kita sendiri," tegas Calhoun dalam memonya kepada seluruh pegawai.
Dengan kesepakatan ini, pemerintah AS akan membatalkan tuntutan pidana konspirasi untuk menipu negara jika Boeing mengikuti ketentuan penyelesaian.
Baca Juga: Boeing 737 MAX Kembali Mengudara Secara Komersial
Penyelesaian tersebut menghilangkan ketidakpastian tentang tuntutan pidana terhadap Boeing, yang saat ini berjuang untuk melupakan krisis Max.
Boeing masih menghadapi tuntutan hukum oleh keluarga penumpang yang tewas dalam kecelakaan itu, kehilangan lebih dari 1.000 pesanan untuk Max, dan reputasi tekniknya yang dulu terkenal telah sangat menderita.
Boeing mulai mengerjakan Max pada tahun 2011 sebagai jawaban atas model baru yang lebih hemat bahan bakar dari saingannya di Eropa, Airbus.
Boeing mengakui di pengadilan bahwa dua ahli pilot teknisnya menipu FAA tentang sistem kontrol penerbangan yang disebut Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, atau MCAS, yang dapat mengarahkan hidung pesawat ke bawah jika sensor menunjukkan pesawat mungkin dalam bahaya aerodinamis.
Baca Juga: Jalan Panjang Boeing 737 MAX Untuk Kembali Mengudara
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.