Kompas TV internasional kompas dunia

Penelitian di Tel Aviv: 99,9% Virus Covid-19 Mati Dalam 30 Detik Oleh Sinar Ultraviolet Dari LED

Kompas.tv - 28 Desember 2020, 19:25 WIB
penelitian-di-tel-aviv-99-9-virus-covid-19-mati-dalam-30-detik-oleh-sinar-ultraviolet-dari-led
Penelitian di Tel Aviv menunjukkan, sinar ultraviolet dengan frekuensi tertentu yang dipancarkan dari LED dapat membersihkan virus dan kuman termasuk virus Covid-19 (Sumber: Wikipedia/Public Domain)
Penulis : Edwin Shri Bimo

TEL AVIV, KOMPAS TV - Sekelompok peneliti di Universitas Tel Aviv Israel membuktikan novel coronavirus, SARS-CoV-2 atau Covid-19 dapat dibasmi secara efektif, cepat dan murah menggunakan sinar ultraviolet yang terpancar dari LED pada frekuensi tertentu, demikian dilaporkan harian The Jerusalem Post pada Senin (28/12/2020).

“Kami temukan cukup mudah untuk membunuh virus corona menggunakan bohlam LED yang memancarkan radiasi sinar ultraviolet,” tutur Prof. Hadas Mamane, Kepala Program Rekayasa Lingkungan, Sekolah Rekayasa Mekanis di Universitas Tel Aviv.

Prof. Mamane melakukan penelitian tersebut bersama dua peneliti lain, Prof. Yoram Gerchman dan Dr. Michal Mandelboim. Prof Mamane mengatakan, bohlam LED ultraviolet hanya membutuhkan kurang dari 30 detik untuk membunuh 99,9% virus Covid-19.

Baca Juga: Erdogan Ingin Jalin Hubungan Baik, Israel Malah Curiga

Penelitian itu sementara menyimpulkan, dioda pemancar cahaya UV (LED UV) adalah teknologi baru dan sumber UV untuk inaktivasi patogen, namun panjang gelombang LED-UV yang rendah, mahal harganya dan memiliki laju fluence yang rendah.

Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas virus Corona pada manusia (HCoV-OC43 yang digunakan sebagai pengganti SARS-CoV-2) ada pada panjang gelombang 267 nm ~ 279 nm> 286 nm> 297 nm.

Prof. Hadas Mamane dari Universitas Tel Aviv (Sumber: Tel Aviv University)

Virus lain juga punya hasil yang serupa, yang menunjukkan LED UV dengan emisi puncak pada ~ 286 nm dapat berfungsi sebagai alat yang efektif dalam membasmi virus Covid-19.

Radiasi ultraviolet adalah metode yang lazim digunakan untuk membunuh bakteria dan virus.

Harian Jerusalem Post melaporkan, penelitian ini adalah yang pertama, dan sebuah artikel tentang hal ini dipublikasikan di Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology.

LED (Light Emitting Diodes) banyak tersedia dalam berbagai variasi panjang gelombang, yang dikenal sebagai A, B, dan C.

  • UV-A memiliki panjang gelombang pada kisaran 315 nanometer (nm) hingga 400 nm.
  • UV-B, juga dikenal sebagai sinar gelombang sedang, memiliki panjang gelombang 280-315 nm;
  • UV-C memiliki panjang gelombang 200-280 nm.

UV-A dipancarkan oleh matahari (dan sumber buatan seperti tanning bed) dan lebih lemah dari UV-B dan C.

Ultraviolet A memiliki beberapa manfaat bagi manusia, seperti pembentukan vitamin D, walau menyebabkan kulit terbakar dan, dalam beberapa kasus, kanker kulit.

Ultraviolet B dan C tidak pernah benar-benar mencapai manusia secara alami karena sinar ini diserap oleh lapisan ozon bumi.

Baca Juga: Tanya-Jawab Covid-19 : Benarkah Sinar Ultraviolet Dapat Membunuh Virus Corona?

Panjang gelombang ultraviolet ini lah yang sedang diteliti oleh para peneliti di Tel Aviv, dan sementara saat ini disimpulkan sangat efektif dalam pembersihan virus dan bakteri menggunakan bohlam LED yang memancarkan sinar ultraviolet dengan frekuensi tertentu.

"Sistem desinfeksi berdasarkan bohlam LED ini dapat dipasang di sistem ventilasi dan AC, misalnya, dan mensterilkan udara yang dihisap dan kemudian dipancarkan kembali ke dalam ruangan." jelas Mamane.

Dia menambahkan,"Kami juga sedang mengembangkan lapisan transparan yang dapat dicelupkan atau disemprotkan ke permukaan dan dapat membunuh virus menggunakan LED tidak berbahaya yang digunakan di mana-mana, sehingga dapat memberi kegunaan lain bagi LED biasa,"

Dalam penelitiannya, mereka berhasil membunuh virus menggunakan bohlam LED yang lebih murah dan lebih banyak tersedia - bohlam 285 nm vs 265 nm - yang mengonsumsi sedikit energi dan tidak mengandung merkuri seperti lampu UV biasa.

Kurva respons dosis (fluence) HCoV-OC43 terhadap UV-LED. N adalah jumlah virus setelah penyinaran yang ditentukan dan N0 pada waktu nol (tanpa penyinaran) (Sumber: Hadas Mamane/Tel Aviv University)

 

Mamane mengatakan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, dunia industri akan dapat membuat penyesuaian yang diperlukan dan memasang bohlam LED tersebut dalam sistem robotik, pendingin udara, serta sistem vakum udara dan air, sehingga dapat secara efisien mendisinfeksi permukaan dan ruang yang besar.

 

“Penelitian kami memiliki implikasi komersial dan sosial,” kata Mamane.

Dia menambahkan timnya telah meneliti UV-LED sejak lama sebelum virus corona merebak. Namun ketika COVID-19 muncul, mereka mengubah fokus penelitian mereka untuk menanggulangi virus corona pada manusia, dan mempelajari penggunaan LED untuk membunuh corona pada frekuensi yang berbeda-beda.

Mamane mengatakan LED 285 nm lebih murah 15% hingga 30% dan hanya membutuhkan waktu sedikit lebih lama (dalam memancarkan sinarnya) agar efektif (melakukan pembersihan bakter dan virus termasuk virus Covid-19).

“Apa pun yang bisa menekan biaya tentu akan sangat membantu,” ujarnya. Ia menambahkan, LED Ultraviolet memiliki keunggulan karena bisa dihidupkan dan dimatikan dalam sekejap.

Mamane percaya bahwa teknologi ini adalah masa depan, sambil menambahkan dia berharapa tahun 2025, teknologi ini akan murah dan masuk ke arus utama.

“LED Ultraviolet memiliki masa depan yang besar,” tambahnya.

“Tentu saja tentang radiasi ultraviolet, penting untuk menjelaskan kepada semua orang tentang bahaya mencoba menggunakan metode ini secara sendiri untuk mendisinfeksi permukaan di dalam rumah.

Mamane menekankan, publik perlu memahami bagaimana merancang sistem ini, dan bagaimana bekerja dengannya, sehingga tidak langsung terkena cahaya radiasi.”




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x