Apalagi, Presiden Afrika Tengah, Faustin Archange Touadera menuduh pendahulunya, Francois Bozize berusaha menciptaan kudera dengan grup pemberontak.
Bozize yang dilarang mencoalonkan diri dalam pemilihan dan berada di bawah sanksi PBB, membantah tuduhan tersebut
Situasi tersebut membuat tingkat kekerasan di negara itu juga semakin meningkat.
Baca Juga: Penggemar Elon Musk, Bocah 7 Tahun Ini Gemparkan Uganda dengan Kemampuan Terbangkan Pesawat
Badan Internasional mengungkapkan 55.000 orang harus melarikan diri dari rumahnya di Republik Afrika Tengah karena hal itu.
Selain itu, juga ada peningkatan serangan kepada operasi kemanusiaan di negara tersebut.
Pihak pemberontak sendiri menegaskan telah membatalkan tiga hari gencatan senjata karena serangan pasukan pemerintah.
Baca Juga: Akhirnya Neverland Milik Michael Jackson Terjual Setelah Diskon Rp 1 Triliun
Sedangkan Pemerintah Republik Afrika Barat menolak gencatan senjata, menyebutkan bukan peristiewa yang tak dihormati pemberontak.
Kelompok pemberontak telah merebut beberapa kota yang dekat dengan Ibu Kota, Bangui, serta kerap bentrok dengan pasukan pemerintah dan melakukan penjarahan properti.
PBB mengungkapkan saat ini pasukannya tengah bekerja untuk mencegah adanya blokade.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.