Kompas TV internasional kompas dunia

Respon Cepat Membuahkan Hasil, Selandia Baru Telah Kembali ke Kehidupan Normal

Kompas.tv - 17 Desember 2020, 07:43 WIB
respon-cepat-membuahkan-hasil-selandia-baru-telah-kembali-ke-kehidupan-normal
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu

WELLINGTON, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah memporakporandakan hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Banyak negara di dunia tidak siap dan terpukul, baik dari sektor kesehatan maupun ekonomi, tak terkecuali negara-negara maju.

Namun setelah melewati pandemi selama hampir 10 bulan, ada satu negara yang mencuri perhatian dan membuat iri negara-negara lainnya. Negara itu berada di tengah samudera Pasifik, di bumi bagian selatan, yaitu Selandia Baru. Selandia Baru, kerap dianggap sebagai salah satu negara yang paling berhasil menghadapi pandemi Covid-19.

Respon cepat negara ini di awal pandemi dengan melakukan lockdown, terbukti berhasil untuk meratakan kurva Covid-19. Negara berpenduduk 5 juta orang itu hanya menghitung 25 kematian akibat Covid-19 dan berhasil membasmi penyebaran virus dalam komunitas.

Baca Juga: Tak Ada Kasus Covid-19 Baru Dalam Komunitas, Di Selandia Baru Sudah Tidak Wajib Pakai Masker

Kini masyarakat Selandia Baru telah hidup normal kembali, anak-anak sudah kembali ke sekolah, karyawan dapat kembali bekerja dan penggemar olahraga telah kembali memenuhi stadion. Tanpa harus menjaga jarak sosial, tanpa perlu memakai masker.

Keberhasilan ini, awalnya didorong oleh ketakutan dan juga ambisi Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. Dalam wawancara yang dikutip dari the Associated Press, Rabu (16/12/2020), Ardern mengatakan, target tersebut tumbuh dari pemikiran awal yang memahami bahwa sistem kesehatan di negara ini tidak akan mempu mengatasi jika terjadi wabah besar.

Menurut Ardern, ketika virus mulai menyerang Eropa pada awal tahun ini, hanya terdapat dua opsi yang harus dipilihnya. Pilihan pertama adalah menerapkan herd immunity atau kekebalan kawanan, sedangkan pilihan kedua adalah meratakan kurva kasus Covid-19. Dia kemudian memilih yang terakhir.

“Awalnya, di situlah kami memulai, karena tidak ada banyak pandangan bahwa eliminasi virus adalah sesuatu yang mungkin dilakukan,” katanya.

“Saya ingat ketika kepala penasihat sains saya membawakan grafik yang menunjukkan kepada saya, seperti apa tampilan kurva itu untuk Selandia Baru. Juga ada garis yang menunjukkan kapasitas rumah sakit kami, kurva Covid-19 tidak berada di bawah garis itu. Jadi kami tahu bahwa meratakan kurva saja tidak cukup bagi kami. "

Ardern mengatakan dia tidak khawatir jika eliminasi virus mungkin mustahil dilakukan. Karena menurutnya, meskipun Selandia Baru tidak akan bisa mengeliminasi virus, tapi setidaknya pendekatan yang ia lakukan tetap akan menyelamatkan banyak nyawa.

Penutupan perbatasan dan penguncian ketat yang dilakukan Selandia Baru pada bulan Maret berhasil menyingkirkan penyakit tersebut. Selandia Baru sempat menjalani 102 hari berturut-turut tanpa penularan yang terjadi dalam komunitas. Tetapi kemudian wabah datang kembali pada bulan Agustus di Auckland. Hingga kini, sumber penyebaran kedua masih belum bisa dijelaskan, namun kemungkinan besar berasal dari luar negeri.

Baca Juga: Covid-19 Terkendali di Selandia Baru: Status Kesiagaan Turun ke Level 1, Kecuali Kota Auckland

“Kami pikir kami telah melalui yang terburuk. Dan itu merupakan pukulan psikologis yang nyata bagi masyarakat, dan saya merasakannya juga. Jadi itu sangat, sangat sulit, ”kata Ardern.

Dia mengatakan telah membuat beberapa model skenario wabah yang berbeda-beda, tetapi skenario akhir menunjukkan skenario yang terburuk.

“Itu karena wabah telah menyebar ke banyak kelompok di daerah padat penduduk dan beberapa yang tertular telah menghadiri pertemuan di gereja besar. Namun setelah penguncian kedua di Auckland, Selandia Baru kembali membasmi penyakit tersebut,” ujarnya.

Ardern mengatakan dia merasa percaya diri dengan respon yang dilakukan pemerintahannya, meski terkadang merasakan “imposter syndrome” dalam perannya sebagai pemimpin.

“Anda hanya harus melanjutkannya. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti halnya manusia biasa, saya pun memiliki keraguan. Tapi keraguan itu tidak harus selalu diterjemahkan sebagai keraguan tentang apa yang harus dilakukan."

Agar dunia kembali pada kehidupan normal, Ardern mengatakan perlu ada tindakan komprehensif untuk memastikan, bahwa semua orang mendapatkan vaksin Covid-19. Selain itu, kita juga harus menerapkan proses sertifikasi vaksin yang memungkinkan orang untuk berpergian.

Baca Juga: Partai Buruh Unggul Telak, Jacinda Ardern Hampir Pasti Terpilih Kembali Sebagai PM Selandia Baru

Di balik keberhasilan Selandia Baru dalam menekan penyebaran Covid-19, ada kekhawatiran tentang perekonomian. Ardern pun khawatir pandemi akan meningkatkan disparitas kekayaan. Kini di Selandia Baru, pandemi telah membuat harga rumah menanjak ke level tertinggi baru sepanjang masa.

Dia mengatakan ada psikologi yang harus diteliti di balik obsesi finansial warga Selandia Baru akan perumahan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian.

“Jika tidak, kami tidak akan menemukan cara untuk mengembalikan masyarakat pada perekonomian,” ujarnya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x