Lebih lanjut, partai yang menjadi oposisi pemerintah Nigeria itu menandaskan, "Ketidakmampuan pemerintah untuk memastikan keamanan Nigeria telah membuka peluang bagi para teroris, bandit, perusak dan pemberontak untuk beraksi.”
Aksi Penculikan Para Pelajar Nigeria Pernah Terjadi Sebelumnya
Rakyat Nigeria yang sudah muak dengan aksi kekerasan yang terjadi meluapkan kemarahan mereka di media sosial dengan tagar #BringBackOurBoys yang segera menjadi trending di Twitter. Tagar ini mengingatkan pada kejadian serupa di tahun 2014, saat tagar #BringBackOurGirls juga menjadi trending. Saat itu, rakyat Nigeria mendesak agar para pelajar perempuan di sekolah asrama di Chibok di timur-laut Nigeria yang diculik segera dibebaskan.
“Satu hal yang jelas dari situasi yang tidak aman ini adalah tidak adanya permainan yang adil dan transparansi dari para pemimpin,” ujar Chiroma Shibu, anggota Majelis Pemuda Nasional Nigeria, sebuah organisasi nirlaba bentukan para pelajar dan pemuda di seantero Nigeria.
Baca Juga: AS Resmi Salahkan Iran Atas Penculikan dan Kematian Eks Agen FBI
Salisu Masi, yang kedua putranya termasuk korban penculikan, mengungkapkan kekhawatirannya atas pernyataan bahwa Boko Haram berada di balik penculikan itu. “Ini sungguh sangat mengkhawatirkan,” ujarnya lesu.
Menyusul baku tembak yang terjadi antara tentara Nigeria dan kelompok Boko Haram di area persembunyian mereka di hutan Zango/Paula, operasi penyelamatan bersama segera digelar oleh polisi dan tentara pada Sabtu lalu.
Penculikan massal itu membuat perhatian kembali tertuju pada masalah pemberontakan kaum ekstrimis yang terus-menerus terjadi di Nigeria. Selama lebih dari 10 tahun, Boko Haram terlibat dalam aksi berdarah dalam pemaksaan penerapan hukum Islam yang ketat. Ribuan orang tewas dan lebih dari 1 juta warga kehilangan tempat tinggal akibat aksi kekerasan yang dilancarkan Boko Haram. Kelompok pemberontak ini sebelumnya kerap beraksi di kawasan timur-laut Nigeria, namun penculikan para pelajar di Provinsi Katsina menandai perluasan wilayah aksi mereka ke kawasan barat-laut Nigeria.
Kelompok ekstrimis Islam Boko Haram tercatat pernah melakukan aksi kekerasan serupa. Di Chibok, pada April 2014, lebih dari 270 pelajar perempuan diculik dari sekolah mereka di kawasan timur-laut Provinsi Borno. Hingga saat ini, sekitar 100 pelajar perempuan masih dinyatakan hilang.
Pada Februari 2014, 59 pelajar laki-laki tewas saat Boko Haram menyerang Sekolah Pemerintah Federal Buni Yadi di Provinsi Yobe.
“Boko Haram merupakan hasil fakta bahwa taraf pendidikan masih berada di level rendah di utara Nigeria,” ujar Prof. Sylvester Odion-Akhaine dari Universitas Negeri Lagos. Ia menambahkan, aksi kekerasan yang masih terjadi kian memperparah masalah sosio-ekonomi di kawasan itu.
Baca Juga: Kesaksian Korban Kekerasan yang Diculik Hingga Disiksa oleh Pemberontak Houthi
Amnesty International menyatakan bahwa penculikan massal itu menjadi tanda bahwa pendidikan tengah diserang di Nigeria.
“Seharusnya, sekolah menjadi tempat yang aman, dan tidak ada seorang anak pun yang harus memilih antara pendidikan atau hidupnya,” ujar Isa Sanusi dari Amnesty International dalam pernyataannya pada Rabu. “Karena kekerasan yang terus terjadi, anak-anak terpaksa meninggalkan sekolah dan guru-guru juga terpaksa angkat kaki.”
Menyusul serangan dan penculikan di Desa Kankara, Provinsi Katsina menutup seluruh sekolah berasrama yang berada di wilayahnya. Pemerintah Provinsi Zamfara, di dekat Katsina, juga telah menutup 10 sekolah sebagai langkah antisipasi. Provinsi Jigawa dan Kano juga telah memerintahkan agar sekolah-sekolah ditutup.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.