Kasus ini membuat publik Korea Selatan terkejut dan memberikan simpatinya kepada sang anak perempuan.
Bahkan pada 2017 lalu petisi yang meminta Presiden Korea Selatan untuk tak membebaskan Cho sempat beredar di lingkungan Ansan.
Baca Juga: Kim Jong-Un Ternyata Miliki Material untuk Membuat 45 Senjata Nuklir
Sebelumnya, Kementerian Kehakiman menolak permohonan Walikota Ansan agar Cho diisolasi di fasilitas perlindungan setelah masa tahanannya berakhir.
Namun, Kementerian tersebut memutuskan untuk mengangkut Cho dengan kendaraan pemerintah karena ditakutkan terjadi bentokan fisik dengan warga lain jika dia diizinkan mengendarai mobil sendiri.
Warga Ansan pun mengungkapkan kekhawatiran kembalinya Cho Doo-son.
Baca Juga: Dipecat karena Pandemi Covid-19, Eks Pramugari Sambung Hidup dengan Berjualan Alpukat
“Saya gemetar dan takut bertemu dengannya kapan pun. Saya harap dia akan hidup sebagai warga normal dan tak menyakiti orang lain, namun saya tetap takit kepadanya,” ujar salah seorang pekerja di Ansan seperti dikutip dari Channel News Asia.
Sementara itu, di media sosial sudah muncul berbagai komentar yang mengancam akan memberi hukuman kepadanya.
“Banyak orang yang saya tahu mencari lokasi rumahnya di Internet, begitu juga saya,” tutur karyawan toko kopi, Lee Do-hyung.
Baca Juga: Sekolah Diserang Gerombolan Bersenjata, Ratusan Murid Ditakutkan Menghilang
“Ada pembicaraan bahwa penjara tidak mengubahnya, dia masih sosok yang penuh kekerasan. Anda tentu tak ingin orang sepertinya beada di jalanan dan sejumlah orang tua juga khawatir,” katanya.
Pihak berwenang sendiri meningkatkan patrol dan keamanan di sekitar lingkungan rumah Cho Doo-soon untuk meredakan kecemasan publik.
Kebrutalan Cho Doo-soon pun sempat diangkat ke layar kaca dalam film yang berjudul, Hope.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.