Inggris sendiri tak bisa menolak kedatangan Abdel-Bary karena suakanya di sana diterima pada 1997.
Seperti dilaporkan The Telegraph, Mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron telah mengadakan perjanjian dengan AS untuk menerima Abdel-Bary kembali ke Inggris setelah dibebaskan.
Baca Juga: Turun! Emisi Gas Karbon CO2 Dunia Selama Pandemi Covid-19 Tahun Ini
“Keputusan dia kembali, membuat Menteri Dalam Negeri (Priti Patel) pusing,” ujar sumber dari Kementerian Dalam Negeri Inggris kepada The Sun.
“Dia bermaksud membersihkan negara dari ancaman, tapi teroris terkenal malah dibuang tepat di depan pintu rumahnya,” lanjut sang sumber.
Sumber tersebut mengungkapkan Abdel-Bary kemungkinan akan diberikan pemantauan keamanan untuk keselamatannya, yang merugikan pembaayar pajak.
Keluarga korban bom di Kedutaan Besar AS di Afrika, Edith Bartley, mengutuk bebasnya Abdel-Bary.
Baca Juga: Taipan Media Hong Kong Didakwa Langgar UU Keamanan Nasional, Terancam Hukuman Penjara Sumur Hidup
“Hana menjalani masa hukuman tak berarti dia telah direhabilitasi. Tak berarti inti berpikir mereka berubah. Orang ini masih bisa menyakiti orang lain di dunia,” ujar Bartley yang kehilangan ayah dan adiknya.
Abdel-Bary kabur dari Mesir pada 1991 dan setahun setelah mendapat suaka di Inggris dia terlibat dalam dua serangan bom truk yang dilakukan Al-Qaeda di kedutaan besar Kenya dan Tanzania pada 1998.
Serangan bom tersebut membuat 224 orang kehilangan nyawa. Jaksa penuntut mengungkapkan dia merupakan anggota senior dalam kelompok teroris itu dan menegaskan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.