Associated Press melaporkan, vaksin Covid-19 Sinopharm dibuat dengan teknologi yang sudah ada, menggunakan virus yang sudah mati dan tidak aktif sebagai vaksin. Konsepnya sama dengan konsep imunisasi vaksin Polio.
Sementara vaksin buatan negara-negara barat seperti dari Pfizer dan BioNTech menggunakan teknologi yang lebih baru namun belum terbukti. Vaksin mereka menyasar protein dari virus Covid-19 menggunakan RNA. Inggris baru saja melaksanakan vaksinasi menggunakan vaksin Pfizer.
Pejabat tinggi UEA, termasuk penguasa Dubai Sheik Muhammad bin Rashid Al Maktoum secara publik pernah disuntik vaksin dan menjadi peserta dari uji klinis.
Pfizer melaporkan vaksin mereka 95% manjur dan efektif, sementara kandidat vaksin lain yaitu Moderna, yang juga menggunakan metode yang sama, melaporkan vaksin mereka 94.5% efektif.
Kandidat ketiga yang dibesut Universitas Oxford dan AstraZeneca melaporkan efektifitas sebesar 70% walau masih ada pertanyaan menggantung tentang apakah vaksin Oxford/AstraZeneca bisa melindungi mereka yang berusia 55 tahun keatas.
Dari sisi distribusi dan penyimpanan, vaksin Pfizer perlu terus menerus berada di suhu minus 70 atau 80 derajat Celcius dan vaksin Moderna perlu berada di suhu minus 20 derajat Celcius secara terus menerus.
Baca Juga: Tangani Covid-19, Erick Thohir Gandeng 2 BUMN Bersama UEA
Vaksin buatan Sinopharm diyakini bisa didistribusikan dan disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius, sehingga dapat melayani wilayah yang tidak memiliki layanan listrik yang stabil maupun fasilitas pendinginan mumpuni. Diperkirakan 3 miliar orang hidup di wilayah tersebut.
Bulan November lalu, Sekretaris Partai Komunis China untuk Sinopharm menyatakan sudah satu juta warga China yang divaksinasi menggunakan vaksin Sinopharm.
Sementara hari Rabu (09/12/2020), Abu Dhabi mengumumkan akan memulai kembali “seluruh kegiatan ekonomi, pariwisata, budaya, dan hiburan di seluruh emirat Abu Dhabi dalam waktu dua minggu ke depan,”. Pengumuman itu menggarisbawahi keberhasilan emirat itu menghadang laju penyebaran Covid-19.
Sebelumnya Abu Dhabi mewajibkan siapapun yang akan masuk ke Abu Dhabi dari enam emirat lainnya untuk memberi bukti tes Covid-19 maksimal 48 jam sebelum kedatangan ke Abu Dhabi.
Sejak awal pandemi, UEA mendeteksi 178 ribu kasus positif terkonfirmasi, mencatat 160 ribu kesembuhan dan 600 kematian akibat Covid-19. Negeri itu menjalankan kebijakan test Covid-19 secara agresif dan telah melaksanakan 17 juta tes Covid-10 di negeri yang hanya berpenduduk 9 juta jiwa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.