WELLINGTON, KOMPAS.TV – Sekitar satu bulan lalu, Jacinda Ardern kembali memenangkan tahta sebagai Perdana Menteri Selandia Baru, dengan kemenangan besar yang meyakinkan.
Beberapa minggu setelahnya, Ardern mengumumkan susunan kabinet yang beragam dan mengejutkan. Salah satu yang menarik dari susunan kabinet Ardern di periode kedua ini, adalah Nanaia Mahuta yang ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri.
Hal yang membuat menarik bukan hanya karena Mahuta adalah seorang perempuan. Lebih dari itu, dia adalah perempuan yang berasal dari suku asli Selandia Baru, yaitu suku Maori.
Baca Juga: Lima Fakta Menarik Tentang Pemilu di Selandia Baru yang Baru Berakhir
Mahuta merupakan wanita suku Maori dan pribumi pertama yang ditunjuk sebagai menteri luar negeri Selandia Baru. Dia mengatakan senang terpilih sebagai menlu dan berjanji untuk membawa perspektif baru dalam hubungan luar negeri Selandia Baru.
Jika kita mengunjungi kantornya di Gedung Parlemen di Wellington, kita akan melihat berbagai artefak suku Maori yang memiliki arti penting bagi Mahuta. Dia memiliki sekeranjang penuh pengetahuan tentang Pasifik. Di kantornya juga terdapat foto Perdana Menteri Selandia Baru ketika mengundang leluhurnya ke parlemen.
Mahuta memang memiliki hubungan yang kuat dengan Raja Maori. Ayahnya adalah anak angkat Raja Koroki dan dia memiliki ikatan kuat dengan kerajaan Maori.
Ketika melihat Mahuta pertama kali, kita pasti langsung menambatkan mata pada tato yang ada di dagunya. Suku Maori memang memiliki tradisi untuk merajah wajah dengan tato, yang mereka sebut dengan ‘moko kauae’.
Orang-orang di seluruh dunia penasaran dengan ‘moko kauae’ yang menghias dagu Mahuta. Ternyata ‘moko kauae’ bukanlah sekedar sembarang tato, namun merupakan tato wajah yang sakral bagi suku Maori.
Baca Juga: Partai Buruh Unggul Telak, Jacinda Ardern Hampir Pasti Terpilih Kembali Sebagai PM Selandia Baru
Mahuta merajah wajahnya empat tahun lalu, untuk merayakan warisan leluhur dan relasinya dengan ‘papatuanuku’, atau ibu pertiwi dalam kepercayaan suku Maori.
Banyak orang yang bertanya padanya, apakah tato di dagunya menyakitkan? Dia tertawa ketika mendengar pertanyaan itu. Menurut Mahuta, tato itu tidak menyakitkan, karena dia melihat tato itu dari sisi yang berbeda.
Menurut Mahuta, ‘moko kauae’ membuatnya lebih sadar tentang bagaimana menjadi seorang manusia dan bagaimana Anda memperlakukan orang lain. Menurutnya, tato itu seperti kompas yang menunjuk arahnya berjalan.
Tiga puluh tahun lalu, sebelum gerakan kebangkitan budaya Maori muncul di Selandia Baru, tato wajah cenderung dikaitkan dengan anggota geng.
Mahuta mengatakan, dia masih menemukan reaksi negatif ketika orang-orang melihat tato tersebut. Namun saat ini, kebanyakan orang telah mengenali ‘moko kauae’ yang digunakannya sebagai penegasan budaya.
Baca Juga: Jacinda Ardern Disumpah Jadi Perdana Menteri Selandia Baru, Tempatkan 8 Perempuan di Kabinet
Mahuta adalah putri dari Sir Robert Mahuta, seorang tokoh kunci yang membantu menyelesaikan klaim finansial antara suku pribumi dengan pemerintah kolonial Inggris, atas tanah yang diambil selama penjajahan.
Mahuta mengatakan, sang ayah merupakan mentornya, yang kerap memberi Mahuta tugas-tugas yang sulit. Namun demikian, bukanlah sang ayah yang membuat dia terjun ke dunia politik. Teman-teman yang dia temui di universitas merupakan pendorong utamanya untuk terjun ke politik.
“Saya pikir jika saya tidak terjun ke politik, saya akan tetap menjadi anggota suku,” katanya seperti dikutip dari the Associated Press.
Meskipun keputusan Ardern untuk memilih Mahuta sebagai menlu mengejutkan banyak pihak, namun sebenarnya karir politik Mahuta tidak tercipta dalam semalam.
Mahuta merupakan anggota parlemen Selandia Baru yang dihormati, selama hampir separuh hidupnya. Dia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen pada tahun 1996, ketika masih berusia 26 tahun.
Lara Greaves, dosen politik di Universitas Auckland, mengatakan Mahuta sangat siap untuk menjalankan perannya sebagai Menlu Selandia Baru. Mahuta dinilai telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mendalami diplomasi budaya tingkat tinggi dalam masyarakat Maori.
“Saya pikir ini adalah langkah yang sangat positif,” kata Greaves.
Menurut Greaves, keterkejutan dunia akan dipilihnya Mahuta sebagai menlu merupakan cerminan dari dominasi pria dalam urusan diplomasi luar negeri.
Baca Juga: Hasil Referendum Selandia Baru: Ya Pada Euthanasia, Tidak Pada Ganja
Mahuta kemudian menyatakan keinginannya agar lebih banyak perempuan yang terlibat dalam diplomasi luar negeri.
"Saya adalah bagian dari sekelompok kecil perempuan, yang telah mengulurkan dan saling mengaitkan tangan untuk mengatakan, banyak yang bisa kita lakukan bersama," ujarnya.
Sebagai menlu pertama Selandia Baru yang merupakan perempuan dari suku pribumi, tentu banyak harapan yang disematkan padanya. Dunia menunggu gebrakan Nanaia Mahuta dalam diplomasi luar negeri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.